Daerah  

Keliling Lapak Bazar UMKM Dan Pameran Bonsai, Bupati Nanang Komitmen Dukung Pemulihan Ekonomi Di Lampung Selatan

KALIANDA – Berbagai bazar produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), pasar murah dan pameran bonsai dari Kalianda Bonsai Club (KBC) turut meramaikan kegiatan Pesta Rakyat dikawasan Agrowisata, Kalianda, Lampung Selatan, Minggu (17/07/2022).

Para pelaku UMKM dari masyarakat sekitar menyediakan berbagai produk yang dapat dibeli oleh masyarakat seperti, menjual berbagai olahan sayur-sayuran yang di buat menjadi bakso, yaitu bakso kelor.

Ada pula, makanan siap saji seperti somay, sosis bakar, telur asin, telur asin panggang, mie ayam panggang, bakso dan rumah madu yang sudah terdapat sarang lebah didalamnya, selendang, peci, sendal yang di jajakan oleh Dekranasda Lampung Selatan.

Pada kesempatan itu, Bupati Lampung Selatan H. Nanang Ermanto, didampingi forkopimda seperti Kapolres AKBP Edwin dan ibu Kajari Dwi Astuti Beniyati juga mendatangi langsung Bazar UMKM yang ada di dalam kegiatan Pesta Rakyat tersebut. Bahkan, dirinya juga turut membeli dan mencicipi berbagai macam makanan siap saji dari produk-produk yang tersedia di Bazar UMKM di Pesta Rakyat itu.

“Ada di Kebun Edukasi, kita punya tempat disitu, tempatkan disana makanan-makanannya, supaya bisa berkembang perekonomian kita , supaya perputaran perekonomian di Lampung Selatan dapat berjalan dengan baik,” ucapnya sambil membeli dagangan UMKM tersebut.

Bupati Nanang juga mengaku akan mendorong pengusaha ritel di Lampung Selatan dapat mengakomodir produksi UMKM dengan pola kerja sama yang sama-sama menguntungkan.

“Ya kan banyak juga toko modern, nanti kita dorong supaya mau nampung produk UMKM kita lebih banyak dengan perjanjian kerjasama sama-sama bagus untuk kedua belah pihak,” imbuh suami dari Winarni Nanang ini.

Sementara itu, Sekretaris Dekranasda Lampung Selatan, Irhamni mengatakan Dekranasda turut meramaikan dalam kegiatan Pesta Rakyat ini, dengan menjual minyak goreng kepada masyarakat di bawah harga biasanya.

“Dekranasda turut hadir ditengah masyarakat dan turut memeriahkan acara ini, kami menjual minyak goreng, dengan harga Rp 12.500 per liter, dengan menggunakan alat yang telah dimodifikasi dari pertamini dijadikan untuk minyak goreng, ini untuk masyarakat, yang pertama agar minyak tetap higienis dan takarannya cukup,” ujarnya.

“Dekranasda Lampung Selatan bersama Dinas Perdagangan dan Perindustrian Bekerjasama dengan pelaku usaha. Kepada BUMDES se-Lampung Selatan, dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian siap mendampingi untuk memfasilitasi, supaya bersama-sama berusaha menghidupkan perekonomian yang ada di desa,” ujarnya lebih lanjut.

Terpisah, sejumlah pelaku UMKM rata-rata mengaku tidak ada masalah dengan peralatan, keterampilan, produksi, produk,olahan produk, varian produk, kemasan, hingga pemasaran.

“Masalah kami ada di pengembangan. Dimana pengembangan juga membutuhkan pengembangan modal,” ujar Muzakir owner CV Alben, industri rumahan yang bergerak di bidang olahan daging bakso.

Menurut warga Candipuro ini, produknya bahkan sudah dapat menembus pasar ritel seperti Indomaret dan Alfamart. Namun dengan sistem konsinyasi, meski tanpa pembayaran sewa, namun pola pembayaran dari pihak ritel tak menentu antara 1-3 bulan.

“Kalau perhitungan dagang saya dengan modal saat ini, perputaran barang dengan pembayaran dengan jangka waktu yang cukup lumayan, gak ketemu hitungan dagang saya. Kecuali memang modal saya besar dan memang kapasitas produksi saya juga tinggi,” imbuhnya.

Senada, pengusaha UMKM dengan produk andalan olahan keripik pisang ini mengaku tidak ada masalah juga dengan pemasaran. Bahkan untuk packaging, produknya bisa dikatakan memenuhi standar nasional. Dengan jaminan rasa olahan yang lezat, kemasan olahan berbagai olahan keripik itu dipesan langsung dari Bandung, Jawa Barat.

“Kalau rasa jangan ditanya silahkan langsung dicicipi. Kalau kemasan, baik design maupun kualitas packaging boleh dibandingkan. Ciri khas kami ada di logo siger dan tapis,” tuturnya sembari mempromosikan.

Dia mengaku sengaja packaging pesan dari Bandung, karena faktor selisih harga. Dijelaskan, di Lampung pun tidak kalah, baik design maupun kualitas packaging. Namun terus dia, selisih harga yang cukup signifikan maka lebih memilih untuk pesan ke Bandung.

“Dengan kualitas dan design yang hampir sama, selisih harga di Lampung dan Bandung nyaris Rp1000,-  Di Bandung maksimal harga per pcs Rp2 ribu, kalau di Lampung bisa mencapai Rp3 ribu,” tukas pengusaha asal Kecamatan Bakauheni ini.

Menambahkan, Ketua Komunitas UMKM Lampung Selatan, Pujo tak menampik jika permasalahan UMKM sudah naik kelas. Sudah tidak berkutat lagi dengan keterampilan, baik keterampilan produksi maupun kualitas produk. Bahkan Pujo mengungkapkan banyak anggotanya keteteran soal tingginya pesanan produk UMKM, terutama produk kudapan oleh-oleh khas Lampung.

Menurut Pujo, peningkatan kapasitas UMKM Lamsel berbanding lurus dengan kompleksitas tantangan baru. Dimana sebelumnya, UMKM berkutat dengan permasalahan dasar, seperti permodalan awal, produksi, olahan produk hingga ke pemasaran.

“Kalau sekarang ini, makin meningkat UMKM kita makin meningkat juga tantangannya. Seperti saat ini, yang paling banyak menjadi atensi anggota adalah pengembangan. Baik, pengembangan produksi yang tentunya membutuhkan lebih banyak tenaga kerja juga peralatan, maupun pengembangan pemasaran,” kata Pujo.

Dijelaskan Pujo, pengembangan yang dimaksud itu adalah pengembangan usaha yang meliputi kapasitas produksi dan peningkatan pemasaran. Yang tadinya pemasaran cukup lokal, meningkat ke cakupan regional.

“Itu pun berbanding lurus dengan varian olahan. Makin besar pasar, maka tentunya makin kompleks pula permintaan. Begitu juga dengan pengembangan alat produksi,” ucap Pujo.

Dikatakannya, sejumlah formula sedang dibahas dengan stakeholder, dengan instansi terkait. Seperti pertambahan modal, menurut Pujo, salah satu solusi yang dibahas adalah stakeholder bisa memfasilitasi dengan pihak perbankan untuk pelaku UMKM mendapatkan kredit atau pinjaman lunak.

“Sebagai salah satu alternatif ya, karena kita tahu lah kalau hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah kan pastinya dananya terbatas. Maka dengan fasilitasi dari pemda, pelaku UMKM mendapatkan akses perbankan yang sifatnya pinjaman lunak,” tambahnya seraya mengatakan pinjaman lunak yang dimaksud adalah pinjaman dengan kriteria tingkat suku bunga yang lebih rendah dari suku bunga pasar dan jangka waktu pinjaman juga lebih lama dengan persyaratan pengajuan yang lebih ringan.

(row)