KALIANDA – Debat ketiga sekaligus yang terakhir dalam rangkaian debat publik Pilkada Lampung Selatan 2024 berjalan penuh dengan suasana provokatif oleh salah satu paslon. Bahkan acara yang dipandu oleh Tazkia dari RRI itu, pertanyaan ataupun tanggapan kerap keluar dari konteks yang bernada ofensif dan merendahkan yang memancing keriuhan para pendukung, di Aula Utama Negeri Baru Resort (NBR) Kalianda, Sabtu malam 2 November 2024.
Seperti di segmen ke-4 dalam pertanyaan kedua oleh paslon 01, dijawab oleh paslon 02 dimulai dengan membuka dialog kepada penonton pendukungnya yang terkesan memprovokasi. Hal itu terus dilakukan oleh paslon 02 tidak hanya di awal pembuka jawaban maupun juga di sela-sela pertengahan jawaban.
“Aman kita jawab, tenang aja. Tenang aja kita jawab kok, gak usah khawatir. Kita jawab saudara-saudara, iya. Tenang kita gak” ujar paslon 02 seraya disambut riuhan pendukung 02.
“Harus memiliki hubungan dengan pusat yang baik, tenang pak, tenang aja, tenang dulu aja, saya gak jual-jual pusat melulu, walaupun itu kenyataan,” imbuh calon bupati yang notabene merupakan menantu dari Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan.
Paslon 02 juga dinilai tidak memberikan jawaban objektif yang mana selalu ingin menonjolkan praktek KKN. Yakni hubungan baik dengan pusat karena faktor pribadi, bukannya jalur prestasi ataupun jalur sinkronisasi program pembangunan dengan pemerintah pusat. Paslon 02 juga bahkan, keluar dari konteks saat menyinggung hubungan dengan wakil bupati.
Namun demikian, tampaknya paslon 01 Nanang-Antoni tidak terpancing dengan upaya provokasi tersebut. Kedua paslon asli warga Lampung Selatan ini tampak tenang menanggapi serangan dari kubu 02 yang frontal. Bahkan keduanya menjawab pertanyaan ataupun tanggapan pada setiap segmen dengan lancar tidak terpengaruh oleh upaya provokatif.
“Dari awal kami sudah mendukung penuh pemekaran DOB, dengan menggandeng Unila untuk melakukan kajian secara ilmiah pemekaran DOB pada 2019 dengan anggaran Rp1 Miliyar. Hasilnya, pemekaran telah memenuhi syarat dan diusulkan 5 kecamatan dengan nama DOB, Kabupaten Bandar Lampung. Selanjutnya kami terus melakukan komunikasi dan koordinasi untuk pelaksanaan program, hibah keuangan, pelayanan pemerintahan, administrasi, kesehatan dan pendidikan. Termasuk penyerahan aset, infrastruktur, fasilitas publik dan SDA. Dukungan tersebut juga di implementasikan dalam regulasi dengan Perda Nomor 3 tahun 2024,” ucap calon Bupati Lampung Selatan nomor urut 01, Nanang Ermanto dalam menjawab pertanyaan terkait DOB pada segmen kedua.
Yang menarik, pada segmen 5 dengan tema memperkokoh NKRI dan Kebangsaan, pertanyaan wakil bupati 01 ke calon wakil bupati 02, yakni arus globalisasi dan modernisasi kerap melemahkan nilai-nilai nasionalisme, terutama untuk generasi muda, bagaimana strategi untuk menanganinya?
Namun cawabup 02, terlihat nge-blank saat menjawab pertanyaan 01 dengan jawaban melenceng dengan menyebut Pluritas (Toleransi Perbedaan) dan sempat jedah beberapa saat waktu menjawab yang kemudian lalu meralat kata Berkuasa menjadi Memerintah. Bahkan caleg Gerindra yang sempat 2 kali gagal berkompetisi ini meminta calon wakil bupati 01 mengulangi pertanyaan dengan alasan kurang jelas mendengar pertanyaan itu.
“Di lingkungan kita sudah banyak kelompok-kelompok yang menjaga tentang pluralitas tanpa mengorbankan modernisasi. Kami di NU menjaga pluralisme dan toleransi.Dan nanti pada saat kami berkuasa, tentu akan………..Memerintah maksudnya kalau kurang pas. Nanti kami memerintah di kabupaten Lampung Selatan akan membuat langkah-langkah strategis dalam rangka mengajak generasi kita, generasi penerus untuk dapat, eehh…..Saya tadi kurang denger pertanyaan terakhir itu,” ujar calon wakil bupati 02 yang selanjutnya diulang pertanyaan tersebut oleh calon wakil bupati 01.
Acara debat ini sendiri disiarkan secara langsung melalui laman YouTube KPU Lampung Selatan dan saluran televisi swasta, Mitra TV melibatkan tiga panelis yaitu Dr. Dedy Yuliawan, S.E., M.Si., Dr. Heru Juabdin, M.Pd.I., dan Suroto, M.Pd,.
(*)