KALIANDA – Pemerhati Sosial di Lampung Selatan, Andi Apriyanto mengapresiasi gebrakan Bupati dan Wakil Bupati Lampung Selatan Radityo Egi Pratama – Syaiful Anwar dengan program 100 hari kerja diawal era pemerintahannya.
Namun demikian, Andi berharap bupati Eggy tidak terburu-buru mengambil keputusan yang sifatnya strategis yang mana perlu dilakukan kajian lebih lanjut secara komprehensif, seperti penghapusan retribusi parkir di Pasar Sidomulyo yang berdampak penurunan target PAD.
Andi berharap, Eggy-Syaiful perbaiki dahulu tata kelola retribusi parkir seperti peningkatan sistem layanan dan mekanisme pungutan untuk pasar-pasar di kecamatan tersebut dengan meningkatkan kualitas layanan dan kenyamanan seperti fasilitas lahan parkir yang layak bagi pemilik kendaraan bermotor.
“Dasar retribusi adalah layanan fasilitas, sementara selama ini tidak ada fasilitas parkir yang diberikan oleh dishub. Kendaraan warga hanya diparkir di pinggir-pinggir jalan, halaman rumah warga sekitar hingga halaman dan ruang hijau area pasar,” ujar Andi, Jumat 7 Maret 2025.
“Idealnya, setelah pengelola parkir memberikan layanan fasilitas tempat parkir yang layak, maka disitu baru ada hak untuk meminta biaya parkir bagi pengunjung,” imbuhnya seraya mengatakan hal tersebut bisa menjadi opsi kebijakan dibanding menghapus retribusi parkir di Pasar Sidomulyo.
Terlebih, sambung Andi, retribusi parkir tersebut memiliki dasar hukum berupa peraturan daerah. Artinya, kata Andi, diperlukan lagi sebuah produk hukum yang melegalisasi kebijakan tersebut.
Menurut anggota DPRD Lampung Selatan periode 2014-2019 & 2019-2024 ini, fenomena sepinya pasar tradisional dewasa ini bukanlah semata-mata faktor biaya tambahan yang mesti dikeluarkan oleh masyarakat, seperti retribusi parkir. Namun ada faktor lain seperti rendahnya daya beli masyarakat.
Selain itu, kualitas layanan dan kenyamanan berbelanja juga menjadi salah satu faktor penyebab. Misalnya, akurasi timbangan, kepastian harga, hingga metode pembayaran digital yang kerapkali sulit ditemui di pasar tradisional.
Beda halnya dengan gerai pasar modern, di mana jumlah pengunjung stabil dan meningkat di hari-hari libur Sabtu dan Minggu.
“Adanya pergeseran pola berbelanja yang mendorong aktif pengunjung pasar tradisional. Pandemi Covid telah memaksa masyarakat familiar dengan teknologi digital tersebut. Hal yang sama juga terjadi dengan gaya belanja, dulu datang secara fisik, sekarang lebih banyak yang belanja online, termasuk pesan makanan,” pungkasnya seraya mengatakan hal tersebut dia sampaikan hanya sebatas sumbang saran demi Lampung Selatan yang lebih baik lagi.
(*)