Daerah  

3 Hari Pecahkan Rekor Covid di Lampung, Metode 3 T di Lamsel Dipertanyakan

KALIANDA – Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan disinyalir melakukan tracing dan testing hingga treatment tanpa menggunakan metode yang sudah diatur dalam Instruksi Mendagri nomor 31 tentang PPKM Level IV di luar Jawa-Bali.

Sinyalemen itu dapat dilihat dari turunnya secara drastis kasus Covid pada hari ke-4 setelah berturut-turut selama 3 hari memecahkan rekor kasus Covid-19 paling banyak di Provinsi Lampung.

Seperti diketahui, pada Jumat 13 Agustus 2021 dengan 80 kasus, Sabtu 14 Agustus dengan 95 kasus dan Minggu 15 Agustus 2021 dengan 88 kasus.

Kemudian secara drastis turun pada Senin 16 Agustus hanya tercatat 26 kasus. Sesuai dengan In Mendagri tersebut, tracing yang dilakukan menggunakan pola layaknya MLM (Multi Level Marketing).

Dimana, jika ditemukan 1 kasus positif maka akan di tracing 15 kontak erat untuk dilakukan testing. Begitu seterusnya, 1 kasus kembali 15 kontak akan di tracing.

Jika melihat 3 kasus harian yang menyumbang kasus Covid terbanyak di Provinsi Lampung, pada Jumat 13 Agustus 2021 dengan 80 kasus maka testing yang dilakukan adalah 80 x 15 = 1.200.

Kemudian pada Sabtu 14 Agustus dengan 95 x 15 = 1.425 testing dan Minggu 15 Agustus 2021 dengan 88 kasus x 15 = 1.320 testing. Namun hanya ditemukan 26 kasus positif.

Namun, didalam update testing dari 26 kasus tersebut, Dinas Kesehatan melakukan tracing 968 di 27 UPT Puskesmas se-Lampung Selatan dan hanya didapati  51 kasus positif.Dengan positif rate 5,3%.

Berikut rincian testing tersebut, yakni Puskesmas Penengahan 54 testing dengan positif 2 dan negatif 52. Puskesmas Bakauheni 31 testing dengan 0 positif. Puskesmas Ketapang 14 testing, 1 positif.

Puskesmas Palas 12 dengan positif 0. Puskesmas Budidaya 34 testing dengan positif 0. Puskesmas Sragi 30 testing, 1 positif. Puskesmas Kalianda 30 testing, 3 positif. Puskesmas Wayurang 55 testing, 2 positif.

Puskesmas Rajabasa 33  testing, 0 positif. Puskesmas Sidomulyo 30 testing, 2 positif. Puskesmas Waypanji 34 testing, 1 positif. Puskesmas Waysulan 31 testing, 1 positif. Puskesmas Candipuro 23 testing, 2 positif.

Puskesmas Tanjungagung 20 testing, 2 positif. Puskesmas Katibung 30 testing, 1 positif. Puskesmas Tanjungsari 40, 0 positif. Puskesmas Merbaumataram 29 testing, 0 positif. Puskesmas Talangjawa 47 testing, 2 positif.

Puskesmas Tanjungbintang 60 testing, 0 positif. Puskesmas Karanganyar 36 testing, 1 positif. Puskesmas Banjaragung 77 testing, 8 positif. Puskesmas Natar 30 testing, 0 positif.

Puskesmas Brantiraya 35 testing, 7 positif. Puskesmas Hajimena 37 testing 3 positif. Puskesmas Sukadamai 32 testing, 4 positif. Puskesmas Tanjungsari Natar 35 testing, 4 positif. Puskesmas Kaliasin 49 testing, 4 positif.

Namun sayangnya, Dinas Kesehatan enggan memberikan data rincian kasus sebelumnya untuk per wilayah kecamatan, yang menjadi dasar dilakukan tracing dan testing 15 kontak positif.

Namun, jika berkaca pada besaran sebaran kasus untuk per wilayah kecamatan dengan 7 besar yakni, Natar dengan 953 kasus positif dan 128 pasien masih menjalani isolasi.

Kemudian diurutan kedua, Kecamatan Kalianda dengan 374 kasus dan 129 masih menjalani isolasi. Peringkat ketiga Kecamatan Ketapang dengan 326 kasus dan 181 masih isolasi.

Selanjutnya berturut-turut Kecamatan Palas 300 dengan 48 isolasi, Kecamatan Sidomulyo 294 dengan 55 masih isolasi, Kecamatan Jatiagung 265 dengan 19 masih isolasi, Kecamatan Merbaumataram 226.

Maka, sesuai proporsi kasus tracing dan testing harusnya lebih banyak ke wilayah kecamatan tersebut. Seperti contoh 6 wilayah terkecil adalah Penengahan, Waysulan, Candipuro, Rajabasa dan Tanjungsari rata-rata tracing dan testing cukup besar.

Sementara, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Joniansyah SKM MM mengaku tidak ingat secara rinci baik teknis metode tracing dan testing maupun anggaran kegiatan 3 T tersebut dan juga anggaran pengadaan alat rapid test Covid-19.

“Saya lagi rapat, itu kan masalah teknis saya gak hapal banget urusan teknis. Bisa langsung ke kepala bidang yang membidangi. Kalo urusan anggaran kegiatan, boleh ke bagian program. Bilang saja, disuruh saya gitu,” tukas Joniansyah, Selasa 17 Agustus 2021.

Sementara, pemerhati sosial Arjuna Wiwaha menanggapi diskes untuk dapat menyajikan data yang faktual. Dengan sajian data tersebut, maka  langkah penanganan dan pencegahan Covid-19 dapat dilakukan secara komprehensif.

“Kalau sajian datanya tidak objektif, maka penanganan Covid-19 pun menjadi ngawur. Data tersebut itu lah menjadi landasan, bagaimana penanganan dan pencegahan lanjutan terus dilakukan. Kalau tidak, mau lockdown total, ataupun menggunakan masker 7 lapis pun percuma, karena penanganannya tidak sesuai dengan data yang sebenarnya,” kata Arjuna.

“Tidak usah malu, lonjakan hingga menjadi rekor di Lampung bukan lah suatu aib. Kita tidak bisa selamanya hidup dengan kepura-puraan,” tutur Arjuna seraya mengatakan jika diskes tidak menyajikan kasus kematian konfirmasi per wilayah kecamatan, maka implikasi treatment yang dilakukan belum terukur secara akurat.

(row)