Daerah  

Akhir Januari, Tubaba Gelar Internasional Sharing Time : Millenium Art

TUBABA – Pemkab Tulangbawang Barat siap menggelar event seni dan budaya bertaraf internasional Sharing Time: Megalitic Millennium Art pada 22-26 Januari 2020 mendatang.

Kegiatan yang akan dipusatkan di Kota Budaya Ulluan Nungik, berugo cottage, dan las sengok tersebut menitik beratkan, merefleksikan persoalan manusia, lingkungan dan masa depan sebuah kota.

Kegiatan ini mulanya digagas oleh Suprapto Suryodarmo 74 tahun (alm) seorang seniman nasional, empu tari (joget Amerta) yang disegani di Indonesia saat berkunjung ke Tubaba pada April 2019 lalu bersama murid-muridnya dari Spanyol dan Hongaria hasil perbincangan dengan Bupati Tubaba Umar Ahmad.

Dalam kesempatan itu mereka juga mengajak murid-murid Sekolah Seni Tubaba untuk latihan joget Amerta di Ulluan Nughik (rumah baduy). Sempat pula almarhum mbah Prapto membuat showcase di berugo cottage bersama Alexander Gebe dan Edhitiya Rio.

Umar Ahmad mengatakan kegiatan Sharing Time: Megalitic Millenium Art menitik beratkan pada kebudayaan dan lingkungan melalui pertunjukkan, sarasehan dan workshop, dengan membahas konsepsi masa depan dan pembangunan Kota Tubaba.

“Kami berharap masyarakat Tubaba dapat terlibat aktif dalam setiap rangkaian kegiatan yang akan kita laksanakan ini,” singkatnya.

Sementara Direktur kegiatan Sharing Time: Megalitic Millenium Art, Semi Ikra Anggara pihaknya akan melibatkan seluruh masyarakat dan para pelajar di Tubaba.

“Rabu ini kami akan rapat bersama sejumlah SKPD, Dinas Pendidikan dan sekolah-sekolah membahas strategi sosialisasi kegiatan ini hingga ketingkat bawah, materinya apa saja, dan masyarakat tertariknya kemana. Dan kami juga telah mengirim surat ke seluruh kepalo tiyuh untuk turut aktif dalam kegiatan ini,” terangnya melalui sambungan ponselnya, Senin (6/1/2020).

Semi menjelaskan, kegiatan ini mengangkat tema Megalitic lantaran konsepsi megalitic ini punya kandungan lingkungan, ketuhanan, dan kemanusiaan sehingga indikator megalitic bukan hanya kepada batu (arkeolog).

“Maksud konsep kegiatan ini, manusia dan seni sekarang ini tetap dipengaruhi pikiran megalitic,” jelasnya.

Event ini, lanjut Semi, akan dibagi ke dalam tiga kategori: sarasehan, workshop dan pertunjukan. Diharapkan dari ketiga kategori acara tersebut setiap penyaji dan audiens bisa saling berbagi dan saling menginspirasi. Direncanakan remaja Tubaba juga akan menjadi pembicara dalam salah satu sarasehan, kita akan mendengarkan bagaimana kota yang ideal di masa depan menurut pendapat kaum millenial.

“Bahkan para pelajar juga kami undang dan membuat makalah bagaimana konsep pembangunan Tubaba. Sebab, pembangunan Tubaba ini bukan hanya dilakukan oleh pemerintah tapi juga bisa lewat perspektif hasil pemikiran masyarakat dan pelajar,” paparnya.

Kegiatan ini akan dihadiri penggiat seni, budaya, dan arkeolog yakni, Andy Burnham (Inggris), Keith Miller (Inggris), Diane Butler (Amerika Serikat), Ari Rudenko (Amerika Serikat), Peter Chin (Kanada), , Margit Galanter (Amerika Serikat).

Frances Rosario (Amerika Serikat), Mara Poliak (Amerika Serikat), Betina Mainz, Rudolfo Mertig dan Sebastian Mainz Mertig (Jerman) dan Anna Thu Schmidt (Jerman).

Sedangkan dari Indonesia akan hadir Rianto, Dian Angraeni, Halilintar Latief (Makassar), Rizaldi Siagian (Jakarta), Transpiosa Riomandha (Yogyakarta), Daniel Oscar Baskoro (New York/ Yogyakarta), Alexander Gebe (Lampung), Edyitia Rio, Gar Dancestory, Haris Sukendar, Rizaldi Siagian, Rumah Tari Sangisu, dan Sandrayati Fay.

“Pejabat negara yang rencananya hadir adalah Hilmar Farid (Dirjen Kemendikbud Republik Indonesia), sementara Duta Besar Denmark, Rasmus Kristensen, diundang untuk berbagi tentang keberhasilan Denmark dalam mengembangkan teknologi terbarukan,” pungkasnya.