Daerah  

Bersendimen, Bendung Widoro Payung Butuh di Keruk

Beginilah, kondisi endapan di Bendung Widoro Payung Podomoro, Kecamatan Pringsewu

PRINGSEWU – Masyarakat tani di Pekon Podomoro, Kecamatan Pringsewu, Kabupaten Pringsewu meminta supaya, sendimen di Bendung Widoro Payung di keruk dan diangkat.

Pasalnya, endapan lumpur di Bendungan Widoro Payung, bangunan peninggalan zaman belanda ini cukup memprihatinkan.

“Terakhir, endapan lumpur di bendung ini di keruk yakni sekitar 2016-2017. Kalau untuk
luas volume daya tampung air, mencapai sekitar 2 hektaran”, jelas Yatin, Ketua Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Bina Lestari Pekon Podomoro, Kecamatan Pringsewu, Jumat (06/09).

Menurut Yatin, adapun petani yang sawahnya memanfaatkan aliran air dari Bendung Widoro Payung diantaranya petani di Pringsewu Utara, Podomoro, Buluksari (Bulukarto) dan juga Sidoharjo.

“Untuk di podomoro ini, luasan hamparan sawah keseluruhan mencapai 196,4 Ha. Kalau yang sumber irigasinya mengandalkan air dari Bendung Widoro Payung ada sekitar 100-an hektar”, paparnya.

Selain sendimen di keruk sebut Yatin, ia juga berharap bisa dilakukan normalisasi dan punggung gajah dinaikan sekitar 25-50 centimeter.

“Ketinggian punggung gajah sekarang sekitar 1 meter. Dinaikan, supaya debit daya tampung air bisa bertambah, dan kebutuhan petani akan air juga bisa tercukupi”, terang Yatin.

Harapan yang sama juga disampaikan H. Solahudin, Ketua GP3A DI Way Tebu Sistem berkaitan dengan Bendung Widoro Payung.

“Saya minta supaya sendimen di Bendung Widoro Payung ini bisa di keruk”, ucap H. Solahuddin, yang juga sebagai Wakil Ketua IP3A Kabupaten Pringsewu.

Sementara itu, dari beberapa poin catatan Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air (IP3A) Kabupaten Pringsewu tentang daerah irigasi, Bendung Widoro Payung menjadi salah satu yang direkomendasikan ke pemerintah daerah guna diintervensi, berkenaan dengan masalah endapan sendimen. (Ful)