Marzuki, Petani Kreatif dan Inovatif Berhasil Ciptakan Galur Benih Padi Baru

Ir. Iskandar Muda berdiskusi dengan Marzuki, petani kreatif dan Inovatif yang berhasil ciptakan galur benih padi baru yang tahan serangan hama dan kekeringan

PRINGSEWU – Berkat keuletan serta inovasi yang dilakukan, Marzuki, petani asal Dusun Sukorejo, Pekon Pujodadi, Kecamatan Pardasuka, Kabupaten Pringsewu berhasil ciptakan galur benih padi baru.

Galur benih padi dihasilkan setelah Marzuki melakukan persilangan dan modifikasi dengan indukan awal, yakni bibit Sertani 13 di atas hamparan seluas 6.800 hektar.

“Hasilnya ternyata, tanaman padi tahan dari serangan hama, jamur dan juga kekeringan. Selain itu, anakan generarif juga lebih banyak, pengisian bulir jauh lebih mudah”, jelas Marzuki kepada wartawan lampungraya.id., Minggu (15/09).

Langkah awal dilakukan Marzuki dengan cara menggali informasi soal teknologi budidaya dari beragam sumber seperti dari Purnomo (petani teladan) asal Kebumen, Jawa Tengah dan juga bertukar informasi dengan Gerbang Purwokerto, Jawa Tengah.

“Kita sering sharing dan tukar informasi. Mencari informasi dari luar yang pernah melakukan inovasi guna melengkapi kekurangan yang ada”, ungkap Marzuki.

Inovasi di bidang budidaya padi dilakukan Marzuki semenjak 2018, mula-mula dengan cara mengatur jarak tanam.

Kemudian, memanfaatkan jerami padi sebagai pupuk guna mengembalikan kesuburan tanah dan mengundang dan memperbanyak mikroba.

“Mikroba ini sekaligus sebagai pelarut pospat sehingga mudah di serap akar tanaman. Sebab, tanpa menggunakan pelarut, pospat akan sulit terurai bila tidak di campur dengan mikroba”, urainya.

Mekanisasi pertanian juga dilakukan Marzuki dengan cara, tanam menggunakan transplanter dan pola jejer legowo 2 : 1.

“Tujuan jejer legowo 2 :1 ini untuk meningkatkan jumlah tanaman dan populasi. Sebab, logikanya, semakin banyak populasinya maka akan semakin tinggi juga produksi”, jalasnya.

Lokasi uji coba dan perlakuan

Sementara lanjut Marzuki, perlakuan dilakukan dengan menggunakan pestisida nabati guna mengendalikan hama, dan untuk unsur hara (vitamin) menggunakan pupuk organik cair yang di dapat dari lingkungan sekitar.

“Seperti memanfaatkan daun sirsak, bawang putih (pestisida nabati). Kalau untuk zat perangsang tumbuh (ZPT), kita menggunakan mal bongol pisang dan mal buah”, terangnya.

Untuk pemupukan sambung Marzuki menggunakan pupuk seperti urea dan mutiara marine 9-25-25.

Sementara, untuk boster buah, Marzuki gunakan susu, telur dan madu yang kemudian dipadukan jadi satu dan dilarutkan dengan air.

“Telur, hanya kuning-kuningnya saja yang kita pakai. Sebab, kalau musim kering seperti sekarang ini, cairan susu, telor, dan madu ini justru akan mengundang semut untuk memakan telor hama”, katanya.

Mekanisasi lainnya sebut Marzuki yakn panen menggunakan combine dan cara ini mendoronh petani tidak membakar jerami padi.

“Sebab, jerami padi akan hancur selain juga, dengan combine ini tidak akan menghilangkan padi bernas (yang bagus)”, terangnya.

Menurut Suryo Widodo, Kepala UPT Pertanian Kecamatan Pardasuka menyebutkan, dari tiga perlakuan yang di uji coba kan Marzuki, ternyata produktivitasnya cukup meningkat.

“Ada yang dalam 1 hektar produksinya 10 ton, ada juga yang mencapai 11 ton per hektarnya”, ucap Cahyo. (Ful)

Hasil Ubinan Demplot Pupuk Nonsubsidi pada Sawah Marzuki di Pekon Pujodadi, Kecamatan Pardasuka

Perlakuan I, dihasilkan produksi sebanyak 10,720 ton/hektar Gabah Kering Panen (GKP).

Komposisi urea (dosis 150 kg/hektar) + NPK Mutiara Profesional (9-25-25) dengan (Dosis 150 kg/hektar)

Perlakuan II, dihasilkan produksi sebanyak 11,040 ton/hektar Gabah Kering Panen (GKP).

Komposisi, urea (Dosis 150 kg/hektar) + Formulasi pupuk setara NPK (9-25-25) yaitu : Urea (Dosis 29 kg/hektar) + SP-36 (Dosis 104 kg/hektar ) + KCL (Dosis 83,5 kg/hektar).

Perlakuan III, dihasilkan produksi sebanyak 10,080 ton/hektar Gabah Kering Panen (GKP).

Komposisi, urea (Dosis 150 Kg/Hektar) + NPK Mutiara 16-16-16 (Dosis 150 kg/hektar).