Menelusuri Jejak Pendidikan Islam di Tiyuh Panaragan Tulangbawang Barat Lampung, Sempat Jaya, Pudar, Islamwathon Kini Siap Bersinar Lagi

 

TUBABA – Kabupaten Tulangbawang Barat menyimpan banyak sejarah. Baik peradaban Islam maupun Hindu pada zamannya. Banyak situs-situs ditemukan yang menggambarkan jika kabupaten tersebut adalah salah satu kabupaten bersejarah di Lampung. Tak heran, jika ditelusuri sejarah itu memang benar adanya. Salah satunya adalah tentang bagaimana perkembangan pendidikan Islam di Tiyuh Panaragan Kecamatan Tulangbawang Tengah.

Tiyuh Panaragan adalah salah satu Tiyuh yang diperkirakan sudah berdiri jauh sebelum Islam berkembang. Dulu sebutan Panaragan adalah Penerag yang artinya tempat persembahan. Seiring perkembangan Penerag berubah menjadi Panaragan.

Tiyuh Panaragan berada di pusat Ibukota Kabupaten Tulangbawang Barat. Untuk menuju kesana tidak diperlukan waktu lama untuk mencapainya. Dibutuhkan waktu kurang lebih 20 menit baik dari pusat pemerintahan komplek pemkab maupun dari Islamic Center atau komplek dunia akhirat.

Berbekal informasi dari salah seorang teman jurnalis Jajuli SE, lampungrayanews.id mencoba menggali informasi seputar perkembangan pendidikan Islam di Tiyuh Panaragan tersebut.

Menurut Jajuli, di Tiyuh Panaragan telah berkembang sebuah sekolah berbasis agama Islam sejak 17 tahun sebelum Indonesia merdeka. Namanya adalah Islamwathon. Diperkirakan sekolah itu terbentuk pada tanggal 16 Jumadil Awal atau tanggal 20 November 1928. Hal itu dibuktikan dengan bentuk bangunan dan sebuah stempel yang masih ada hingga saat ini.

Islamwathon didirikan oleh empat orang pelopor yang bernama Syekh Badaruddin Nawawi, Hi Ali Ridho, Tuan Pujian dan Zakaria Nawawi. Zakaria Nawawi tercatat sebagai kepala sekolah pertama di Islamwathon.

“Dulu Tiyuh Panaragan ini masih menyatu dan berada dalam kekuasaan Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel), mungkin juga kerajaan Sriwijaya. Sebelum menjadi propinsi Lampung,” ceritanya.

Pada waktu itu kata Jajuli, untuk mengenyam pendidikan di Islamwathon tidak semua masyarakat bisa mencicipinya. Sebab, saat masih di kuasai penjajahan Belanda dan Jepang, yang memiliki kebijakan hanya golongan tertentu yang bisa bersekolah disana. Yakni kalangan bangsawan atau kaum elit Belanda atau Jepang. Sementara masyarakat yang miskin sangat dilarang pemerintah Jepang dan Belanda karena Jepang dan Belanda tak ingin masyarakat Indonesia cerdas sehingga dapat mengganggu kekuasaan mereka pada saat itu.

“Kuat dugaan terbentuknya Islamwathon bersamaan dengan lahirnya Sumpah Pemuda 1928,” ujar Jajuli.

Jajuli juga menceritakan, berkembangnya pendidikan di Indonesia tak lepas dari campur tangan para penjajah saat itu yakni pemerintahan Belanda pada tahun 1914. Selanjutnya, lahirlah juga Sekolah Rakyat (SR). Yang sebelumnya, Hoogere Burgerschool dalam ejaan bahasa Belanda lebih baru Hogere Burgerschool disingkat HBS adalah pendidikan menengah umum.

Dari sejarah lslamwathon kata Jajuli. Menurut Drs. Kholdi Zawawi, Islamwathon dibangun dari hasil gagasan Hi. Zakaria dan kawan-kawan akibat dari keprihatinan mereka terhadap dunia pendidikan di bumi panarag (saat ini panaragan). Di zaman itu rakyat jarang bahkan tidak pernah merasakan duduk dibangku sekolah sebab begitu mahalnya dan dibatasi oleh para penjajah untuk belajar sebuah ilmu pengetahuan. Dan mirisnya sekolah hanya diperuntukan bagi kaum penjajah dan antek-anteknya.

Hi. Zakaria adalah seorang saudagar asal bangsa Arab saudi tepatnya berasal dari Kota Mekah, adiknya Maimunah adalah istri dari seorang saudagar arab berkebangsaan Indonesia tepatnya berasal dari Panaragan Propinsi Lampung Kabupaten Tulang Bawang Barat Kecamatan Tulang Bawang Tengah, saat itu Zakaria menerima surat dari adiknya yakni Maimunah yang ingin kakanya agar menjemputnya pulang ke tanah air (Mekah Arab Saudi).

Singkat cerita lanjut Jajuli, berawal dari surat itu Zakaria berpetualang hingga sampai ke bumi Panerag yang kini adalah tiyuh atau desa Panaragan melalui jalur sungai, konon di zaman itu pusat pelabuhan terbesar ada di sungai Tulang bawang kota Menggala dan melalui jalur sungai Way Kiri akhirnya Zakaria tiba di pelabuhan kecil tepatnya dibelakang Sekolah Islamwathon saat ini.

Entah apa yang ada dibenak Zakaria saat itu seiring waktu berjalan niat semula ingin membawa adiknya pulang ke kampung halamannya Arab Saudi tak kunjung jadi, yang terjadi Zakaria justru menjadi betah dan tinggal lama di Panaragan. Berawal dari keprihatinan mereka akan pendidikan di Panaragan dan sekitarnya, lalu Zakaria dan iparnya yakni Ali Ridho menggagas untuk membangun sebuah sekolah berbasis agama.

Singkat cerita lahirlah sekolah Islamwathon Panaragan pada tahun 1928 yang bermula dari sebuah perkumpulan para kaum muda dan mudi untuk belajar mengaji, serta ilmu pengetahuan lainnya khususnya bahasa arab dan bahasa Belanda serta Jepang.

“Mengingat pentingnya pendidikan dan melihat perkembangan Islamwathon semakin pesat banyak warga menyumbang kepada Islamwathon mulai dari uang dan tanah. Hasil dari sebuah penelusuran jejak sejarah ditemukan sebuah dokumen catatan sumbangan warga kepada Islamwathon berupa catatan wakaf tanah dan uang seperti dokumen wakaf tanah milik Tuan Pujian, wakaf tanah milik Sumatro, wakaf tanah milik Hi. Sufian, serta beberapa mata uang Golden (mata uang belanda) hasil sumbangan warga mulai dari warga Panaragan, Pagar dewa, Waykanan, Bandardewa dan warga lainnya,” terangnya.

Namun, seiring waktu perjalanan Islamwathon tak semulus yang kita bayangkan, pernah disaat itu Islamwathon sempat di tutup paksa oleh pemerintah Jepang dan Belanda karena di anggap dapat merusak stabilitas pemerintahan mereka saat itu, akan tetapi berkat pendekatan Tuan Pujian saat itu sebagai Kepala marga (kepala desa) dan kawan -kawan meyakinkan bahwa Islamwathon adalah sebuah tempat mengaji agama Islam bukan sekolah maka pada akhirnya Islamwathon dibuka kembali sebagai Perhimpunan Islamwathon Panaragan.

Kemudian semakin hari Islamwathon semakin banyak muridnya. Saat itu Islamwathon dibuka pada pukul 13.00 WIB hingga sore hari. Pada pagi hari mereka (kaum elit) bersekolah di sekolah besutan Jepang dan Belanda yakni Sekolah Rakyat (SR) saat ini Sekolah Dasar Negeri 01 Panaragan dan HBS sekolah besutan Belanda yang kini adalah Sekolah Dasar Negeri 02 Panaragan.

“Percaya apa yang diyakinkan oleh Tuan Pujian, Jepang dan Belanda yakin bahwa Islamwathon hanya tempat mengaji orang-orang Islam tidak yang lain. Banyak murid di Islamwathon belajar ilmu pengetahun secara diam-diam, bukan hanya pandai mengaji bahkan yang tidak tahu membaca, menulis,bahkan berhitung saat itu menjadi pandai bahkan lancar berbahasa asing khususnya bahasa arab dan belanda serta jepang,” jelasnya.

Lalu setelah Islamwathon berhasil dibangun dan dibuka sebagai sekolah saat itu maka alumni pertama saat itu adalah beberapa murid, oleh penulis ditemukan salah satu ijazahnya yang masih utuh tersimpan oleh keluarga yakni milik Muhammad Ali Arifin Bin Hi. Fathul Arifin tahun 1936 atau 1358 Hijriah dan di temukan beberapa mata pelajaran yang tercantum di ijazah saat akhir masa pendidikan di Islamwathon alumni pertama tahun 1936 yang bertuliskan bahasa arab yakni : Tentang hadits dari kitab Riyadis Solihin, Usul Hadits, Nahwu, Bahasa, Tafsir, Sorof atau tata bahasa, Insak, Tauhid, Riyadoh (ekstrakurikuler), dan tulisan tidak terbaca akibat kertas terlalu tua sehingga penulis sulit mengartikannya.

Sementara itu lanjut Jajuli, Zainuri yang juga alumni Islamwathon menyebutkan bahwa Islamwathon saat itu adalah salah satu sekolah pilihan masyarakat selain sekolah rakyat bentukan Jepang dan HBS. Banyak murid dari seluruh penjuru bersekolah di Islamwathon walau pada saat itu juga ada sekolah rakyat zaman Jepang atau dikenal dengan istilah SR, akan tetapi karena kemiskinan banyak juga masyarakat yang tidak bersekolah di SR maka pilihan keduanya adalah sekolah Islamwathon.

“Saya rindu masa-masa di Islamwathon, Islamwathon mengajarkan kami banyak hal tentang disiplin, tentang agama islam, ilmu pengetahuan bahkan bahasa asing. Saya adalah alumni lulusan tahun 1974 saat itu banyak sahabat saya dari berbagai daerah ada yang dari Waykanan, Menggala bahkan paling jauh dari pulau Jawa khususnya Banten. Dahulu jarang adanya transportasi seperti mobil dan motor hanya ada transportasi sungai dan gerobak saat itu maka banyak sahabat-sahabat saya yang jauh tinggal dirumah warga hanya untuk bersekolah,” kutip Jajuli.

Nah, kemajuan dunia pendidikan di Panaragan saat itu sangatlah pesat sehingga Islamwathon berhasil membuka cabang sekolah saat itu sebanyak 36 cabang di seluruh Lampung atau Sumatera Bagian Selatan saat itu diantaranya adalah ada di Gunung Napal (saat ini Waykanan), Menggala, Bandar Dewa, Gunung Katun, Gedung Ratu, Pagar Dewa, Negeri Besar, Kalibalangan (saat ini Kotabumi Lampung Utara), Teluk Betung atau Bandar Lampung, Pringsewu, dan daerah lainnya yang belum diketahui dimana keberadaannya dan singkatnya Panaragan menjadi kota pendidikan di zaman itu.

Hasil dari penelusuran sejarah diketahui guru-guru pada era 1928  sampai dengan 90 an saat itu adalah, Keryou bersama istrinya, Hi. Saleh, Guru Sleman, Guru Ngegedek, M. Ali Arifin, Sattar, Aliyuddin, Hakim Stannjungpadun, Bahri, Ratu Yangtuan, M. Toha (era 90- an), Bahuna (era 2000 – 2009 ), Nuriyah (era 2000 – 2009 ), Sam’ah (era 2000 – 2009 ), Jauharoh (era 2000 – 2009 ), Rojmah (era 2000 – 2009 ).

Setelah Islamwathon maju dan berkembang di zamannya dengan banyaknya cabang sekolah Islamwathon Hi. Zakaria pada tahun 1950 pergi merantau ke Teluk betung saat ini Bandar Lampung untuk berdagang sehingga Sekolah Islamwathon di tinggalkannya kepada generasi penerusnya.

Dan singkatnya pada tahun 1965 KH. Zakaria bergabung di sebuah Yayasan Kesejahteraan Islam Lampung (YKIL) dan mendirikan sebuah yayasan pendidikan yang kini dikenal sebagai Universitas Islam Negeri Lampung (UIN) Radin Intan.

Kemudian kembali soal islamwathon pada tahun 2009 Islamwathon bubar yang disebabkan beberapa hal yakni :

1. Masyarakat

Diera saat ini mungkin pendidikan yang berada di islamwathon kurang di minati, akibat munculnya sekolah modern lainnya, kendati demikian masyarakat tetap mengakui keberadaan dan keunggulan Islamwathon.

2. Management

Dalam memanagement islamwathon, kurangnya SDM pengelola sehingga harus menguasai sistem dan mengaplikasikan dengan era saat ini.

3. Fasilitas penunjang

Tidak adanya dukungan fasilitas yang memadai sebagai penunjang proses kegiatan belajar mengajar.

4. Ijazah

Ijazah islamwathon dinilai sulit untuk menerus kejenjang selanjutnya. Sehingga perlunya perubahan sistem pendidikan yang mengikuti dan memenuhi perkembangan zaman.

5. Tenaga pengajar

Tidak didukung lagi oleh tenaga pengajar yang profesional seperti pendahulunya. Maka perlu tenaga pendidik yang profesional agar menciptakan generasi yang  handal.

MENYUSUN KEMBALI KEJAYAAN ISLAMWATHON.

1. Mengajak masyarakat untuk menanamkan pemahaman kepada generasi penerus akan begitu pentingnya pendidikan agama islam sebagai sarana pembentukan mental dan spritual.

2. Merestorasi kembali management yayasan serta menanamkan kepada pengurus yayasan maupun tenaga pendidik akan pentingnya tanggung jawab moral sebagai implementasi rasa tanggung jawab sebagai seorang muslim yang cinta akan tanah air.

3. Diharapkan kedepan agar dapat dukungan dari berbagai pihak baik perseorangan, perseroan maupun pemerintah untuk yayasan Islamwathon.

4. Diharapkan kepada pemerintah agar dapat mengintegrasikan pendidikan agama Islam dan pendidikan pengetahuan umum dalam satu atap di yayasan Islamwathon.

5. Menghadirkan tenaga pengajar yang profesional serta memenuhi hak-hak tenaga pengajar. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan usaha-usaha sebagai pendukung kelangsungan atau keberadaa yayasan.

“Walau sempat sirna, kini Islamwathon mulai bangkit kembali ditangan pemuda yang semangat dengan gigihnya agar kedepan Islamwathon dapat kembali jaya seperti 91 tahun silam hampir 1 abad lamanya. Dan untuk mewujudkan cita-cita tersebut Jazuli S.E pemuda kelahiran 28 tahun silam menyebutkan Islamwathon perlu didukung dari segala unsur baik pemerintah, swasta dan masyarakat untuk keberlangsungan keberadaan Islamwathon seperti Tenaga pendidik yang profesional , sarana dan prasarana penunjang, gajih untuk kesejahteraan para pendidik,” ungkapnya.

Lanjutnya, Islamwathon adalah bukti sejarah yang mana Panaragan adalah saksi dari sebuah perjuangan para pemuda bangsa demi mencerdaskan generasi indonesia dari para penjajahan. Maka saya menilai para pendiri Islamwathon adalah pahlawan bangsa di kancah pendidikan di Indonesia maka sudah sepatutnya kita generasi milenial saat ini membawa bangsa ini untuk lebih baik menjadi generasi yang cerdas dan bertaqwa.

Sedari itu Islamwathon memiliki nilai sejarah yang tinggi di kancah pendidikan maka saya merasa terpanggil untuk meneruskan kejayaan kembali islamwathon, kini saya sedang berusaha dan berjuang menghidupkan kembali Islamwathon agar dapat membawa generasi kini menjadi generasi bangsa yang cerdas dan bertaqwa. Dan kini Islamwathon telah mulai di hidupkan kembali dari mati surinya yakni dimulai dari kegiatan Taman Pendidikan Quran (TPQ) Islamwathon, Pondok Pesantren (Ponpes) Islamwathon, Madrasah Diniyah Islamwathon dan rencananya tahun yang akan datang akan dibuka Paud Islamwathon SD IT Islamwathon, SMP IT Islamwathon dan sampai di Perguruan Tinggi sekalipun. Semoga!.