Minim Tenaga, Petani di Pujodadi Terapkan Mekanisasi Pertanian

Mekanisasi pertanian yang dilakukan Marzuki, petani kreatif di Pekon Pujodadi, Kecamatan Pardasuka, Kabupaten Pringsewu

PARDASUKA – Mekanisasi pertanian menjadi pilihan sebagian masyarakat tani di Pekon Pujodadi, Kecamatan Pardasuka, Kabupaten Pringsewu.

Aplikasi mekanisasi ini juga sebagai jawaban dari minimnya tenaga buruh tanam di pekon setempat.

Kepala UPT Pertanian Kecamatan Pardasuka Suryo Widodo saat dikonfirmasi mengatakan, ada sekitar 10 hektar sawah yang menggunakan aplikasi mekanisasi dalam budidaya usaha tani.

“Kalau untuk hamparan disini luasnya mencapai 350 hektar. Tapi, untuk kepemilkan lahan mencapai 500 hektar”, ucap Suryo, Kamis (16/01/2020).

Menurut Suryo, potensi padi sawah di pekon pujodadi cukup bagus, dengan tingkat produksi rata-rata mencapai 7-8 ton per hektar. .

“Arah pengembangan dari mekanisasi pertanian ini akan coba diaplikasikan seperti di pekon sukorejo dan wargomulyo. Sebab, pusatnya budidaya tanaman padi ada di tiga pekon ini”, sebut Suryo.

Agus Wahyono, Ketua UPJA Karya Mandiri Kecamatan Pardasuka mengatakan, kalau untuk Alsintan (alat mesin pertanian) yang dikelolanya terbilang sudah lengkap.

“Kita ada mesin R 4, transplanter dan juga mesin combain. Insya allah, masih bisa menkaver kebutuhan warga disini”, sebut Agus.

Sementara itu, Marzuki salah seorang anggota dari Kelompok Tani (Poktan) Bina Karya I Pekon Pujodadi mengatakan, mekanisasi cukup memiliki dampak positif dan mampu menekan modal usaha.

“Utamanya, efesiensi modal usaha tani yang harus kita keluarkan. Disamping itu, mekanisasi juga akan meningkatkan hasil panen”, jelas Marzuki, petani kreatif ini disela-selama menanam benih padi menggunakan mesin transplanter.

Menurut Marzuki, setiapkali musim tanam, bagi petani yang budidaya usaha tani secara manual dengan hamparan seluas 1 hektar, mereka harus mengeluarkan biaya operasional di luar benih hingga mencapai 2 juta rupiah.

“Mulai dari membuat persemaian, menggaris, mengangkut benih hingga mencabut benih untuk ditanam. Itu diluar biaya menanam benih padi”, urai Marzuki.

Untuk diketahui, bila menggunakan pola tanam manual di atas hamparan seluas 1 hektar, maka setiap petani akan mengeluarkan biaya seperti cabut beni (ndawut) sebesar Rp500 ribu.

Kemudian, menggaris dan angkut bibit sebesar Rp250 ribu, membuat persemaian sebesar 500 ribu serta jasa ongkos tanam sebesar Rp750 ribu dalam satu hektarnya.

Sementara, bila petani menerapkan mekanisasi pertanian, maka hanya akan mengeluarkan biaya sebesar Rp1.500.000. (Ful)