Daerah  

Nanang Ermanto, Anak Nakal, Kades, Anggota Dewan 2 Periode Hingga Menjabat Plt Bupati (Bagian I)

Notes : Tulisan ini menampilkan opini, fakta dan hasil wawancara wartawan, sebagai rasa turut mengucapkan selamat atas dilantiknya Nanang-Pandu sebagai Bupati dan Wakil Bupati Lampung Selatan 2021-2024.

“Apapun judul ceritanya, terbukti JUARA”

 

KALIANDA – Berangkat dari kepala desa (2007-2009) hingga berlanjut duduk di kursi legislator tingkat kabupaten hingga 2 periode (2009-2014) – (2014-2015) adalah sebuah pencapaian karir politik yang cukup membanggakan untuk seorang Nanang Ermanto. Betapa tidak, terlahir dari pasangan Hi Wagiman (Alm) dan Hj Sulami (Alm), Nanang bukanlah  berasal dari keluarga high class seperti pejabat atau saudagar kaya-raya. Keluarga Nanang adalah keluarga pedagang dengan basis pertanian.

Dalam sebuah tayangan TV Nasional Nanang mengisahkan, sejak kecil ia telah merasakan kerasnya kehidupan. Bahkan beberapa kali ia harus berpindah-pindah sekolah saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).

Sebab, sewaktu sekolah ia termasuk anak yang nakal dibanding anak-anak sebaya lainnya. Menurutnya, di eranya dulu, kalau tidak nakal tidak ngetop. “Waktu SD saya lima kali pindah sekolah. Kalau gak bandel Nanang gak jadi Nanang,” cetus Nanang Ermanto seraya mengenang kisah kecilnya.

Selepas menamatkan SD di Sidoarjo pada tahun 1981, kedua orang tuanya memutuskan ia harus mendapatkan pendidikan khusus. Tujuan supaya ia bisa berubah.

Akhirnya ia ditempatkan di sekolah rehabilitasi anak nakal Handayani, Cilandak, Jakarta Selatan. Ini bukan tempat sekolah anak-anak yang memiliki keterbelakangan mental (cacat).

“Tiga tahun saya belajar di Wisma Handayani. Pelajarannya seperti sekolah umum biasa. Hanya saja yang membedakan kebebasannya. Saya benar-benar digembleng soal psikologi kejiwaan, kedisiplinan, keterampilan dibidang pertanian, prakarya dan lain sebagainya,” ungkapnya.

Perjalanan hidup Nanang berlanjut, dalam sebuah wawancara dengan sebuah koran harian terbitan lokal, Nanang mengisahkan setelah menamatkan Sekolah Menengah Atas (SMA), pria kelahiran 10 Oktober 1963 ini ikut usaha bapaknya usaha dagang di Desa Waygalih, Kecamatan Tanjungbintang. Di desa  itulah Nanang mengaku bertemu dengan wanita cantik yang hari ini telah menjadi istri.

“Cinta kami bersemi, berpacaran dan menikah, walau pada awal cerita rajutan asmara kami ditentang keras oleh calon mertua. Sampai akhirnya pada tahun 1991 kami menikah menggunakan wali hakim,” akunya.

Setelah menikah pasangan ini mulai usaha buka warung makan di Pasar Koga, angkat bakul jualan nasi. “Dalam hati Saya bertekad harus kerja keras agar dapat membahagiakan keluarga. Awal berumahtangga dengan Winarni kami mengontrak rumah di belakang Pasar Koga, Kedaton, Bandarlampung dengan membayar uang sewa sebesar empat ratus ribu rupiah,” tutur Nanang.

Kerja keras sedikit-demi sedikit mulai menampakan hasil, pasutri ini mulai bisa membeli perabot rumah seperti dipan dan lemari.

“Rutinitas dagang di Pasar Koga saya jalani hampir selama dua tahun. Sampai pada akhirnya saya merasa bosan dan kembali ke Desa Waygalih untuk berdagang kembali disana. Pulang ke kampung, saya memulai berdagang dengan modal dua jerigen bensin dan satu pak rokok,” ungkap Nanang mengisahkan.

Nanang mulai berdagang dengan menumpang rumah kecil milik Mbah Narto. Pada tahun 1991 anak pertamanya lahir. Kemudian diberi nama Novi Winandara. Winarni saat itu juga tak kalah gesit, di rumah geribik ukuran sekitar 6×6 Winarni ngulek pecel dan berdagang soto.

“Sampai ditahun kedua sekitar tahun 1992 rumah kecil yang kami tempati itu akhirnya kami beli dengan harga tiga juta lima ratus ribu rupiah,” tukasnya sembari tersenyum seperti mengenang nostalgia.

Kembali ke perjalanan karier politik, bintang terang keberuntungan menaungi Nanang pada tahun 2015, dimana Nanang dipinang untuk maju pilkada sebagai wakil bupati mendampingi Zainuddin Hasan.

Dengan status sebagai sekretaris DPC PDI-P Kabupaten Lampung Selatan, Nanang terhitung orang nomor 2 terkuat di partai moncong putih itu. Pada saat itu dengan posisi Ketua DPC menjabat sebagai Ketua DPRD, posisi tawar itu pun akhirnya jatuh ke ayah yang dikaruniai 1 putri dan 1 putra tersebut.

Alhasil, pada 17 Februari 2016 Zainuddin Hasan – Nanang Ermanto resmi dilantik sebagai Bupati dan Wakil Bupati Lampung Selatan periode 2016-2021 oleh Ridho Ficardo Gubernur Lampung saat itu.

Aktifitas Nanang selaku wakil bupati pada saat itu berjalan ‘normal’ seperti wakil kepala daerah lainnya di Indonesia. Bahkan terkesan hening. Hingga pada suatu hari di akhir bulan Juli 2018, terjadi peristiwa mengejutkan seantero, namun di sisi lainnya menjadi titik balik kehidupan seorang Nanang Ermanto  yang dulunya dikenal sebagai anak nakal, karena ‘dipaksa keadaan’  akhirnya menjadi orang nomor 1 di kabupaten berjuluk Khagom Mufakat.

Setelah dinyatakan berhalangan tetap, di tahun yang sama pada 3 Agustus, Nanang secara resmi menerima SK dari Mendagri sebagai Pelaksana tugas (Plt) Bupati Lampung Selatan. Dari pengamatan penulis, di kondisi saat itu suami dari Winarni itu mengalami dilema. Dengan perpaduan perasaan campur aduk antara senang mendapatkan ‘durian runtuh’ dan dengan ada tanggung jawab besar menanti. Ini amanah menyangkut hajat orang se-kabupaten.

Diawal itu, sempat terkesan mengalami kultur shock, Nanang ‘dibanjiri’ tawaran bantuan dari pelbagai kakalangan. Langkah awal Nanang yang menentukan dinantikan. Seperti permainan catur, salah start berdampak besar pada penguasaan permainan dan tentunya juga terhadap hasil akhir.

Seperti metode kesehatan, diagnosis penyakit yang akurat sudah merupakan separuh dari pengobatan. Salah pilih orang dan salah ambil kebijakan merupakan kesalahan fatal. Sebagus apapun obat, jika diberikan bukan pada penyakitnya adalah nihil.

Kembali ke laptop, diketahui Nanang Ermanto adalah politikus murni yang mengawali karier dari amat sangat dasar. Nanang dipersiapkan bukan untuk menerima kejutan dengan penuh kelimpahan kewenangan seperti ini. Bongkar-pasang pun mahfum dilakukan oleh siapa pun pemimpin di negeri ini. Ingat loh, bupati adalah jabatan politis.

Dalam perjalanan karier Nanang yang ini, mantan pacar Winarni itu selalu dibayangi isu  terlibat Tipikor karena turut ‘kecipratan’ dana setoran fee proyek. Bulak-balik, atas-bawah, kanan-kiri Nanang menjadi bulan-bulanan isu miring tersebut. Padahal, satu-satunya hal yang bisa menjerat Nanang terkait cipratan itu adalah pasal GRATIFIKASI.

Entah memang sengaja dibiarkan tanpa penjelasan ataupun klarifikasi dengan harapan efek yang lain, atau memang lemahnya komunikasi di tim Nanang. Karena, dengan pasal GRATIFIKASI itu pun tidak tepat disematkan. Karena keseluruhan ‘Cipratan’ ke Nanang atas persetujuan pimpinan Nanang pada saat itu Nanang Ermanto menjabat sebagai wakil bupati.

Sedangkan di pasal GRATIFIKASI UU Tipikor itu, mensyaratkan jika memberikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara  negara yang bertentangan dengan kewajiban dalam jabatan dan dan bertentangan dengan jabatan dalam kewajibannya.

Maka, ketika seorang pimpinan memberikan  sesuatu kepada bawahannya adalah merupakan suatu kewajiban dan tidak bertentangan dengan jabatannya. Namun, maka akan bertentangan dengan kewajiban maupun jabatannya jika  ada bawahan yang memberikan sesuatu kepada pimpinannya.

Lagi di tahun yang sama, sekitar bulan April fasilitas umum masyarakat sebagai sarana penghubung berupa jembatan yang cukup vital fungsinya rubuh akibat terjangan banjir bandang setelah sebelumnya berhari-hari hujan deras turun seperti tak mau berhenti.

Diawal pemerintahan Nanang, cobaan pun ada datang dari alam. Lagi-lagi di tahun yang sama tahun 2018, tepatnya tanggal 22 Desember, pantai pesisir Kalianda-Rajabasa diterjang tsunami akibat runtuhan material Gunung Anak Krakatau.

Alhasil, konsentrasi pemda pun terpecah untuk mengurusi dampak dari kejadian alam ini.

(row)

NB : Bagian II dalam tulisan ini nantinya merefleksikan sedikit perjalanan Nanang Ermanto memimpin Lamsel sebagai Plt Bupati hingga Bupati definitif, dari kendala, tantangan, hingga cobaan yang dihadapi.

Berlanjut juga dengan langkah politik Nanang Ermanto dalam persiapannya untuk suksesi Pilkada 2020 hingga terpilih. Penulis mengangkat dari kacamata penulis berdasarkan fakta dan hasil wawancara wartawan, apa dan bagaimana Nanang Ermanto dalam langkah  selanjutnya baik dari segi pemerintahan dan persiapan pilkada yang Insya Allah akan digelar pada 2024. WASALAM.