Pelayanan tidak Maksimal, PDAM Way Sekampung Pringsewu “Kembang Kempis”

    Perkembangan PDAM Way Sekampung Pringsewu masih “kembang kempis”, menyusul banyaknya aset yang tidak bisa difungsikan

PRINGSEWU –  Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Way Sekampung Tirta Dharma Pringsewu sakit kronis.

Kondisi ini menyusul, aset bernilai miliaran rupiah miliki PDAM Way Sekampung Pringsewu yang tersebar di lima (5) kecamatan di Kabupaten Pringsewu, tidak semuanya bisa difungsikan.

Aset-aset itu berupa beberapa bangunan gedung tidak terpakai, pipa-pipa jaringan, bak penampungan air, serta mesin operasional yang kondisinya rusak dan tidak bisa diperbaiki.

“Total nilai aset, pelimpahan dari Kabupaten Tanggamus ke PDAW Way Sekampung saat itu berkisar 11 miliar. Tapi, hanya aset di Kecamatan Pringsewu dan Gadingrejo saja yang masih bisa kita fungsikan”, jelas Nazirudin, Kasubag Umum di PDAM Way Sekampung Pringsewu, belum lama ini.

Menurut Nazirudin, beberapa dari aset bangunan itu, kini sudah beralih fungsi. Seperti bangunan yang saat ini menjadi terminal Gadingrejo.

“Ada juga gedung milik kami di depan puskesmas pagelaran yang digunakan untuk kantor usaha milik desa. Termasuk, bangunan gedung di belakang koramil pagelaran yang menjadi sekolah TK,” beber Nazirudin.

Saat ini sebut Nazirudin, setelah beroperasi dan memiliki pelanggan sebanyak 2.410 kepala keluarga (KK), total aset yang dimiliki PDAM Way Sekampung senilai 12,5 miliar.

“Asetnya berupa pipa instalasi aliran air, peralataan kantor, mesin operasional, bak-bak penampung serta tiga bangunan gedung yang di gunakan sebagai kantor. Untuk pelanggan, tersebar di dua kecamatan yakni pringsewu dan gadingrejo”, papar Nazirudin.

Sementara itu, Rini Andalusia, Direktur PDAM Way Sekampung Pringsewu saat dikonfirmasi menjelaskan, PDAM Way Sekampung beroperasi selama delapan jam, mulai dari pukul 05.00 hingga pukul 13.00 WIB.

“Jam operasional ini dibagi menjadi jam produksi dan jam distribusi. Jam produksi, dimulai dari pukul 05.00 sampai 13.00 WIB. Sedangkan jam distribusi, dari pukul 06.00 hingga 24 jam lamanya”, terang Rini.

Sementara lanjut Rini, jam distribusi ke pelanggan sangat tergantung dari jarak dan ketinggian. Kisarannya, ada yang mencapai 6 jam, 8 jam hingga 24 jam seperti bagi pelanggan yang tinggal di bumi arum.

“Kalau disana, distribusinya 24 jam karena berada di daerah rendah. Selain itu, gaya gravitasi juga cukup mempengaruhi lamanya proses distribusi air”, jelas Rini yang juga menjabat sebagai Kabid Sarpras di Dinas Pertanian Kabupaten Pringsewu.

Bila melihat data yang ada lanjut Rini, pelanggan PDAM Way Sekampung mengalami kenaikan di tahun 2018-2019.
Tetapi, peningkatan pelanggan masih signifikan.

“Peningkatan pelanggan ini berdampak pada omset di tiap bulannya. Kalau omset yang di dapat dari tahun 2018-2019 mencapai 135 – 140 juta perbulannya”, ucap Rini.

Diakui Rini, banyak kendala dihadapi dalam mengelola PDAM Way Sekampung. Mulai dari masih rendahnya kesadaran pengguna jasa membayar tepat waktu, hingga kondisi instalasi jaringan air yang harus diperbaiki.

“Uang dari hasil pembayaran akan kita gunakan kembali untuk memperbaiki operasional. Jadi, ini berdampak terhadap operasional dan tidak maksimalnya pelayanan”, terang Rini.

Harga air PDAM untuk rumah tangga sambung Rini hanya Rp.2.900 per meter kubik (1000 liter), sedangkan air karawang per 35 liter, harganya mencapai Rp5.000.

“Air PDAM ini terbilang murah, karena PDAM merupakan pelayanan masyarakat untuk membantu masyarakat. Idealnya, harga air PDAM ini 4 ribu permeter kubiknya”, tandas Rini.

Di sisi lain lanjut Rini, kebocoran pipa utama yang usianya sudah tua, juga menjadi salah satu kendala dari tidak maksimalnya pelayanan PDAM Way Sekampung.

“Kebocoran ini penyebab kecilnya aliran air sampai ke pelanggan. Sementara, untuk mengetahui kebocoran pipa tidak mudah, terutama saat musim hujan dan kondisi tanah basah”, ujar Rini.

Selain untuk memperbaiki kerusakan instalasi, omset yang dihasilkan digunakan untuk membayar gaji karyawan, pembayaran listrik serta membeli bahan kimia yang diperlukan.

“Sebenarnya, karyawan di PDAM ini membengkak, tapi karena semua karyawan dari tanggamus, kami tidak tega memberhentikan. Saat ini jumlah karyawan baik yang di kantor maupun di lapangan sebanyak 31 orang, dengan status 26 karyawan tetap dan 5 karyawan kontrak,” ujar Rini.

Rini berharap, aset-aset milik PDAM Way Sekampung Pringsewu yang tidak berfungsi saat ini bisa difungsikan lagi, seiring dengan perbaikan dan pembangunan instalasi baru di Pekon Way Kunyir, yang di target selesai di tahun 2020 ini.

Instalasi baru ini rencananya akan berfungsi guna mendistribusikan air ke lima (5) kecamatan yakni sukoharjo, banyumas, adiluwih, pagelaran utara dan pagelaran.

”Untuk tahap awal akan dioperasikan terlebih dahulu di tiga kecamatan yaitu, sukoharjo, banyumas dan adiluwih. Setelah di tiga kecamatan ini bisa maksimal, kita akan membangun instalasi baru untuk kecamatan pagelaran utara dan pagelaran”, ucap Rini. (Ful)