Hukum  

Soal Insiden Pabrik di Natar, Warga Sempat Protes

KALIANDA – Sebelum terjadi insiden ledakan yang memakan korban jiwa pekerja, warga Desa Mandah Kecamatan Natar sebelumnya sempat mengajukan protes ke pihak perusahaan pada 14 Juli tahun 2020 lalu. .

Dimotori Tugiono, ada sejumlah poin tuntutan warga terhadap PT Lampung Bangun Jaya (LBJ).

Yakni masalah jalan akses ke perusahaan, jalan akses ke ladang warga, jalur air sungai, peledakan, polusi pabrik dan rekrutmen tenaga kerja setempat.

“Awalnya di Desa Mandah itu hanya pertambangan batu alam yang berdiri belasan tahun lalu. Namun di lokasi yang sama, setahun belakangan ini beroperasi pabrik pengelolaan tanah kapur,” ungkap Tugiono selaku perwakilan warga, Minggu 17 Januari 2020.

Alhasil, terus Tugiono, kondisinya makin parah dengan beroperasinya pabrik baru tersebut dengan polusi udara dan limbah cair.

“Sebelumnya kami (Warga) sudah dibuat tidak nyaman dengan penambangan dengan menggunakan bahan peledak, apalagi kondisi jalan dengan aktivitas kendaraan yang bermuatan hasil tambang,” imbuhnya.

Sementara, Kepala Dinas Lingkungan Hidup setempat, Feri Bastian menyatakan telah menurunkan tim terkait dugaan terjadinya insiden kecelakaan di lokasi pertambangan di Kecamatan Natar itu.

“Surat tugasnya sudah saya tanda tangan, Senin (18/1) besok tim turun ke lapangan. Kita audit menyeluruh,” tukasnya singkat melalui sambungan ponsel, Minggu.

Sebelumnya, Sebuah pabrik pengolahan pertambangan di Dusun Sumber Sari Desa Mandah Kecamatan Natar belum lama ini dikabarkan mengalami kecelakaan hingga menyebabkan 3 orang karyawan meninggal dunia dan 2 orang karyawan kritis karena tabung pengolahan bahan tambang meledak.

Diperoleh informasi, pabrik tersebut merupakan milik perusahaan PT Bangun Lampung Jaya (BLJ), perusahaan pertambangan dan pengolahan batu marmer dan granit. Menurut sebuah sumber terpercaya, kurang lebih sebulan sebelumnya sejumlah warga sekitar di pabrik tersebut sempat melakukan unjuk rasa terkait dampak  terhadap lingkungan atas aktivitas perusahaan yang dikabarkan menggunakan bahan kimia dalam produksinya.

“Sempat demo, tapi salah seorang dari pihak security mengancam warga dengan senjata tajam. Oleh warga tersebut dilaporkan ke pihak yang berwajib setempat, namun belum ada tindakan,” ungkap dia, Sabtu 16 Januari 2020.

Dilanjutkan sumber tadi, kekhawatiran warga bukan tak beralasan. Buktinya, tabung pengolahan hasil bahan tambang dengan sejumlah bahan kimia tersebut meledak saat beroperasi.

“Beberapa karyawan  mengaku sengaja tidak pernah masuk kerja dalam beberapa minggu ini, karena menyadari pabrik tersebut berbahaya bagi karyawan pekerja. Alhasil, kekhawatiran itu terbukti. 5 orang karyawan jadi korban. 3 diantaranya meninggal dunia,” imbuh dia.

Sekretaris Desa Mandah, Yuldi Ismail saat dihubungi mengaku tidak mengetahui insiden itu terjadi di pabrik tersebut.

“Saya bener bener baru tau kalau ada ensiden di PT,” ujar Yuldi singkat.

Terpisah, Camat Natar Eko Irawan membenarkan peristiwa tersebut. Dijelaskan Eko, dari hasil koordinasi dengan pihak terkait masalah tersebut sudah ditangani oleh pihak yang berwenang.

“Informasinya, itu perusahaan yang mengolah tanah, kejadian saat pemasakan tanah, tabung atau wadah untuk masak yang dari fiber pecah lalu  tumpah mengenai pekerja.Saat ini di lokasi kejadian sudah dipasang police line (Garis Polisi),” ungkap mantan Camat Sidomulyo ini.

 

Sementara, Bimo dari PT BLJ dihubungi melalui nomor (0721) 486*** mengaku tidak tahu persis masalah insiden di pabrik. “Saya dari bagian Umum. Hari ini bagian yang berwenang memberikan keterangan sedang tidak berada di tempat. Silaht Senin, anda telpon lagi,” katanya.

 

(row)