Soal Pengalihan Kendaraan ke BBJ, Ini Yang Dijelaskan Oleh ASDP Bakauheni

KALIANDA – General Manager PT ASDP Cabang Utama Bakauheni, Suharto klarifikasi terkait penjualan tiket oleh ASDP bagi pengguna jasa penyeberangan Pelabuhan BBJ (Bandar Bakau Jaya), 5-9 Mei  saat puncak arus pulang Lebaran Idul Fitri 2022 lalu.

Menurut eks Kepala Pelabuhan ASDP Baubau itu, pengalihan kendaraan barang ke pelabuhan BBJ adalah upaya dari pemerintah untuk meminimalisir kemacetan dan penumpukan kendaraan pemudik di Pelabuhan Bakauheni, sebagai sentra operator jasa penyeberangan di Provinsi Lampung pada saat lonjakan arus kendaraan.

Di sisi lain, pemerintah juga memiliki kepentingan harus tetap bisa mengakomodir baik ketersediaan logistik di Jabodetabek maupun kepentingan pengusaha dalam menjalankan usahanya, terlebih bagi kendaraan barang yang memuat komoditi hasil bumi yang notabene berkualitas tak bisa tahan lama.

“Pengalihan kendaraan barang itu pun sifatnya kondisional. Artinya, antara perkiraan (Waktu Puncak Arus Pulang) dengan fakta di lapangan terkadang tidak match. Misalnya kita perkirakan bakal ada lonjakan arus pulang 1-2 hari kedepan.  Tapi terkadang tak terduga saat itu volume kendaraan sudah mulai tinggi. Sedangkan kita situasinya masih mengakomodir kendaraan barang tetap menggunakan jasa Pelabuhan kita,” ujar Suharto saat ditemui di kantornya, Jumat 20 Mei 2022.

Disamping itu, terus mantan Kepala Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk ini, dengan penjualan tiket dengan sistem online ini, transaksi pembelian tiket juga bisa dilakukan calon penumpang pada saat belum terjadi kepadatan arus kendaraan yang menuju Pulau Jawa.

“Bila misalnya terlanjur membeli tiket online dengan aplikasi Ferizy, namun saat melakukan perjalanan menuju Pelabuhan, ternyata ada pengalihan pelabuhan penyeberangan. Apakah memungkinkan untuk membatalkan tiket yang sudah terlanjur dibeli? Artinya hal teknis seperti ini untuk juga dapat dipahami,” imbuhnya.

Seperti yang disebutkan tadi, lanjut Suharto, bahwa pengalihan kendaraan ini adalah kondisional dan situasional. Tujuan dari pengalihan kendaraan barang tersebut bertujuan agar jangan ada kemacetan dan penumpukan kendaraan.

“Disini maksud saya hanya sebagai perbandingan yang dilihat dari kapasitas . Yakni tentu saja laju kendaraan akan lebih efektif jika proses transaksi pembelian tiket dilakukan dengan cara online di luar area pelabuhan. Makanya kami (ASDP) mewanti-wanti pemudik untuk membeli tiket lebih dahulu sebelum sampai di pelabuhan. Jika tidak, maka akan ada antrian lagi untuk pembelian tiket. Untuk itu diminta kepada stakeholder untuk putar balik kendaraan yang belum memiliki tiket. Karena di pelabuhan tidak memfasilitasi pembelian tiket,” tutur Suharto.

Lebih lanjut dijelaskan Suharto, kalau bicara bisnis, tentunya sebagai badan usaha perseroan terbatas, orientasi ASDP pastilah margin atau besaran pemasukan dari keuntungan. Dengan pengalihan kendaraan barang ke pelabuhan lain, Suharto tak menampik hal itu tentunya bakal mengurangi pemasukan pendapatan ASDP sebagai perusahaan yang mayoritas sahamnya  dimiliki negara.

Namun, ASDP tetap mengutamakan kepentingan pemerintah, dimana melalui Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi bahwa selain mengedepankan pemudik, operator pelabuhan juga tetap diminta mengakomodir kendaraan logistik, terlebih komoditi pangan.

“Kendati demikian, kami juga paham ada kepentingan besar yang harus ASDP prioritaskan. Kepentingan kelancaran, kenyamanan dan keamanan pemudik  dalam perjalanan. Tentu juga tak kalah penting distribusi komoditi pangan yang diangkut oleh kendaraan-kendaraan barang dengan muatan hasil bumi maupun produksi,” tukasnya.

Namun begitu, Suharto menyatakan tidak terlalu mempermasalahkan  dengan pemberitaan oleh media terkait masalah tersebut. Bagi ASDP, terusnya, pers adalah partner kerja dalam memberikan masukan atau kritikan yang sifatnya konstruktif.

“Kami berfikir positif saja. Maksud kawan-kawan media baik, berfikir kritis untuk kebaikan ASDP juga. Tapi memang masalah ini kan sangat teknis. Artinya diperlukan kebijakan untuk memahaminya,” pungkas Suharto.

Sekadar mengingatkan, sebelumnya sebagai salah satu upaya mengurangi penumpukan kendaraan di Pelabuhan Bakauheni pada saat puncak arus pulang Lebaran Idul Fitri 2022, Menteri Perhubungan RI, Budi Karya Sumadi menyiapkan 2 pelabuhan alternatif di Provinsi Lampung untuk menyeberangi Selat Sunda.

Untuk diketahui, selain Pelabuhan Panjang di Bandar Lampung, dengan kapasitas muatan dalam sehari dapat mengangkut 800 unit kendaraan roda empat dan juga terdapat 4 unit kapal yang siap beroperasi, Pelabuhan Bandar Bakau Jaya (BBJ) digadang-gadangkan dipersiapkan sebagai pelabuhan alternatif  untuk antisipasi penyeberangan bagi kendaraan barang saat lonjakan arus lalulintas.

Namun saat dalam pengalihan kendaraan angkutan barang ke Pelabuhan BBJ pada awal Mei lalu itu, PT ASDP melalui aplikasi penjualan tiket Frizzy masih mengakomodir penjualan tiket untuk penyeberangan di Pelabuhan BBJ itu.

Menanggapi itu, Kepala Pelabuhan BBJ (Bakau Bandar Jaya) Muara Piluk, Tatang Rohadi kepada wartawan membenarkan jika BBJ dalam pengalihan khusus kendaraan barang saat puncak arus pulang lebaran tempo hari merupakan diperbantukannya BBJ untuk mem-backup pelabuhan Bakauheni yang dikelola ASDP.

“BBJ berkomitmen untuk selalu membantu pemerintah, apa pun bentuknya. Seperti arus pulang lebaran kemarin, sudah kewajiban kami membantu ASDP dalam mengurangi kemacetan,” ujar Tatang, Selasa 10 Mei 2022 lalu.

Mengenai dugaan harga tiket karena ada selisih harga antara kedua pelabuhan. Tatang menduga  masalah tersebut  hanya masalah perbedaan biaya administrasi dalam sistem penjualan tiket saja.

“Kalau tekhnisnya saya juga kurang paham. Tapi kemungkinan masalah perbedaan ada di administrasi di sistem penjualan tiket. Karena kan ASDP dalam penjualan tiket sudah menggunakan sistem online. Sedangkan kita (BBJ) masih manual. Yang penting semua lancar, tak ada kendala yang berarti,” ucap Tatang seraya menyatakan tidak keberatan atas penggunaan tiket ASDP oleh pengguna jasa pelabuhan BBJ.

(row)