Tim PKM UPI 2022 Gelar Sosialisasi & Pelatihan Diversifikasi Olahan Ikan Sebagai Upaya Pencegahan Stunting di Kampung Nelayan Bandarlampung

BANDARLAMPUNG – Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PkM) Pengembangan Desa Binaan Tahun 2022 Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) berkolaborasi dengan Politeknik Negeri Lampung dan Rumah Zakat yang mengusung isu Stunting di wilayah pesisir dengan Tema “Sosialisasi dan Pelatihan Pembuatan Olahan Ikan di Kampung Nelayan PPP (Pelabuhan Perikanan Pantai) Lempasing”

Nelayan sering disebut sebagai masyarakat termiskin dari kelompok masyarakat miskin, dan nelayan juga sering di sebutkan bagian dari masyarakat tingkat kesejahteraannya paling rendah. Kenapa begitu? Adalah faktor lingkungan yang kurang sehat, fasilitas umum, pendidikan hingga faktor ekonomi.

Selain itu, isu anak-anak nelayan pun sering menjadi topik hangat yang kerap dibincangkan, baik yang bekaitan dengan keterbelakangan pendidikan, putus sekolah maupun dengan pemenuhan asupan gizi yang kurang.

Stunting di Indonesia menjadi permasalahan yang serius karena kurangnya asupan gizi secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang lama. Berdasarkan studi kasus Gizi di Indonesia (SSGI), hasil survei menunjukkan angka prevelensi stunting di Indonesia mencapai 24,4 % yang masih berada di bawah standar WHO yaitu 20%.

Untuk Provinsi Lampung sendiri, faktanya memiliki potensi sumberdaya perikanan yang cukup besar khususnya disektor perikanan tangkap sebagai salah satu asupan gizi yang baik, melimpah dan terjangkau.

Namun dalam kenyataannya, masyarakat nelayan masih tidak berdaya dalam mengembangkan potensi yang ada karena kurangnya pengetahuan. Terlebih pengembangan olahan untuk meningkatkan nilai jual.

Menyikapi persoalan tersebut tim Pengabdian kepada Masyrakat (PkM) Universitas Pendidikan Indonesia dalam pengembangan desa binaan menggelar sosialisasi dan pelatihan pembuatan pengolahan ikan sebagai salah satu pencegahan stunting yang berkolaborasi dengan Politeknik Negeri Lampung (Polinela) dan Rumah Zakat Provinsi Lampung. Kegiatan pengabdian ini sendiri berada di Kampung Nelayan kelurahan Keteguhan sekitar PPP Lempasing.

Ayang Armelita Rosalia, S.Pi., M.Si yang merupakan dosen Program studi Sistem Informasi Kelautan Universitas Pendidikan Indonesia dan dalam kegiatan ini bertindak sebagai ketua tim pengabdian.

Ayang Armelita Rosalia dalam sambutanya pada pembukaan kegiatan PkM Pengembangan Desa Binaan Tahun 2022, menyampaikan bahwa dalam kegiatan pengabdian ini beliau mengikutsertakan mahasiswa didikannya, yaitu Abdul Malik, Alya Dina Wilujeung, Kiffah Kayyisah Ahmad, dan juga M. Saleh yang merupakan mahasiswa Sistem Informasi Kelautan angkatan 2019.

Beliau menjelaskan kegiatan pengabdian ini terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu kegiatan pertama adalah sosialisasi kepada ibu-ibu juga istri-istri nelayan dengan memberikan pengetahuan pemenuhan gizi keluarga nelayan untuk pencegahan stunting anak-anak sebagai generasi penerus.

Kegiatan selanjutnya adalah sosialisasi memotivasi jiwa entrepreneurship atau Kewirausahaan bagi para istri nelayan, agar muncul kesadaran akan pentingnya mengungkap potensi yang ada di dalam diri untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai dan dapat menambah pendapatan keluarga.

Yang tak kalah penting, dilanjutkan dengan digelarnya kegiatan pelatihan atau keterampilan pembuatan olahan bahan baku sesuai dengan potensi yang ada. Seperti ikan untuk ibu-ibu nelayan, bagaimana diolah dapat menjadi kudapan sehat, lezat dan juga bergizi.

Seperti pengolahan ikan menjadi nugget ikan dan rumput laut sebagai bahan tambahan minuman es campur. Harapannya ibu-ibu nelayan dapat lebih terampil dalam mengolah ikan menajadi penganan yang awet, bergizi mempunyai nilai jual tinggi dan makanan sehari-hari di keluarga nelayan yang lebih bervariatif serta beragam setiap harinya.

Pada kesempatan itu Lurah Keteguhan, Sayuti  mengungkap mayoritas profesi penduduk setempat adalah nelayan yang memang keahlian tersebut dari turun-temurun.

Menurut Sayuti, masyarakat disini pandai ataupun ahli dalam penangkapan ikan, tetapi masih kurang pengetahuan dalam pengolahan ikan untuk mendapatkan nilai tambah dari pengolahan produk ikan tersebut. Dengan begitu, dia berharap dengan adanya kegiatan seperti ini dapat menjadi pengetahuan dan keterampilan tambahan bagi ibu-ibu nelayan.

“Dengan kegiatan seperti ini, tentunya diharapkan dapat bermanfaat dengan mengimplementasikannya di kehidupan sehari-hari, berupa olahan makanan lezat, sehat dan bergizi sebagai upaya untuk mencegah stunting anak-anak nelayan sejak dini,” tutur Sayuti.

Lebih lanjut, penulis berpendapat jika dalam keadaan hamil sebelum kelahiran, gizi  oleh seorang ibu mestinya dalam keadaan yang sehat walfiat. Namun tak sedikit ditemukan kasus kondisi ibu hamil kurang baik karena faktor pola makan yang buruk, kualitas makanan juga buruk dan sering sakit.

Maka dalam kondisi kurang baik tersebut menimbulkan beberapa resiko, baik kepada ibunya maupun bagi sang calon bayi hingga resiko kematian saat melahirkan.

Selain daripada itu, sesuai dengan topik utama dalam tulisan ini adalah, akan berdampak kepada balita yang berpotensi mengalami stunting. Yakni keadaan dimana pertumbuhan anak yang kesulitan dalam masa perekembangan fisik dan juga kognitif.

Gizi yang seimbang sangat penting bagi pertumbuhan anak. Tentunya semua itu tidak lepas dari keluarga yang memiliki pengetahuan yang baik tentang gizi keluarga. Banyak aspek-aspek yang lainya yang mempengaruhi, diantaranya seperti pemberian ASI kepada bayi selama 6 bulan, kesehatan lingkungan, pola makan dan sebagainya.

“Gagal tumbuh ini tidak hanya nanti efeknya lebih pendek, tetapi bagi sang anak bakal banyak aspek yang lain terganggu begitu ya, itu bahayanya ya. Makanya pemerintah kita  sangat-sangat fokus untuk membereskan masalah stunting ini, karena nanti efeknya jangka panjang,” ujar Ketua Prodi Gizi Universitas Mitra Indonesia,Ai Kustiani, S.Gz.,M.Si menambahkan.

Dalam pandangan penulis, selama prosesi kegiatan baik dari awal hingga akhir, terlihat ibu-ibu nelayan sangat antusias mengikuti kegiatan dan juga bersemangat dengan berusaha berkerja keras. Dengan demikian bukan hanya mendapatkan output sebagai sebuah pengetahuan dan keterampilan bagi keluarga nelayan saja. Tetapi juga dapat memberikan nilai tambah sebagai salah satu sumber pendapatan yang memberikan keuntungan secara ekonomi bagi keluarga.

Yakni, sebagai sebuah ketrampilan maka akan mendorong peningkatan kapasitas hingga dapat mendukung munculnya ide-ide usaha-usaha kecil. Sehingganya, kesejahteraan masyarakat terangkat, dan menumbuhkan semangat berinovasi.

Sementara, Muhamad Syajeansyah, S.Pt. sebagai Project Coordinator Rumah Zakat Lampung mengungkapkan, bahwa nilai tambah bagi pendapatan rumah tangga tersebut akan lebih produktif jika, baik pengerjaan maupun penjualannya dapat dilakukan dari rumah oleh ibu-ibu yang suaminya berprofesi sebagai nelayan. Dimana, kewajiban sebagai ibu rumah tangga untuk mengurus keluarga dapat diselingi dengan kegiatan produktif.

“Ibu-ibu yang perlu kita pikirkan bersama adalah, bagaimana caranya kita dapat ikut andil dalam pendapatan di dalam rumah tangga dengan mengerjakan sesuatu yang produktif tanpa mengesampingkan kewajiban dalam menguras anak dan keluarga. Dari pada hanya nonton sinetron kemudian menggibah, nongkrong dengan ibu-ibu rumpi, apa tidak baik di sela-sela mengurus rumah tangga dapat diisi dengan kegiatan positif, kreatif dan produktif. Seperti mengolah kuliner dengan bahan dasar ikan, atau membuat kerajinan seperti olahan tempurung kelapa dibuat aksesoris, ataupun kancing baju modis. Maka dengan begitu, ibu-ibu terhindar dari masalah yang tidak penting, dan yang paling penting bisa mendapatkan ‘Cuan’ untuk bantu-bantu keperluan keluarga,” pungkasnya.

 

(Alya Dina Wilujeng)

–  Mahasiswi UPI