Daerah  

Tubaba Akan Nobatkan Tiyuh Transmigrasi Menjadi Tiyuh Adat dan Patung Semar Dijadikan Simbol Persaudaraan

TUBABA-Federasi Adat Marga Empat Kabupaten Tulangbawang Barat merekomendasikan seluruh tiyuh yang berasal dari transmigrasi dijadikan tiyuh adat.

Rencana pengesahan sejumlah tiyuh adat tersebut akan dilakukan bersamaan dengan Hari Jadi Kabupaten setempat pada April 2021 mendatang.

Hal tersebut disampaikan Ketua Federasi Adat Marga Empat Kabupaten Tulangbawang Barat, Lampung, Hi Herman Artha Gelar Suttan Kuasa Marga, usai menggelar pertemuan bersama Bupati Tulangbawang Barat Umar Ahmad, tokoh adat, anggota DPRD, dan sejumlah kepala tiyuh dan perwakilan tiyuh dalam menyikapi polemik tugu patung Semar Tiyuh Toto Mulyo Kecamatan Gunung Terang, di sekretariat Federasi Adat Marga Empat Kabupaten setempat, Rabu (3/6/2020).

Selain merekomendasikan pengesahan sejumlah tiyuh transmigrasi menjadi tiyuh adat, pertemuan tersebut juga menyepakati untuk tidak menurunkan atau merubah tugu patung Semar yang sempat menjadi polemik.

Tapi kata Herman, tugu tersebut akan dipercantik dengan ditambah dengan patung muli menganai makai, serta di payungi oleh payung adat menandakan keterbukaan masyarakat adat Lampung menerima suku bangsa apapun yang datang ke daerah Lampung khususnya kabupaten Tubaba dan merupakan ciri khas kebersamaan masyarakat Lampung khususnya Tubaba dalam rangka merekatkan tali persaudaraan untuk melestarikan kebhinekaan NKRI.

“Alhamdullilah berkat rahmat Allah SWT tadi telah kami adakan pertemuan di rumah kami (sekretariat Federasi Adat Marga Empat Tubaba) pertemuan lanjutan pembahasan tentang polemik Tugu patung Semar yang ada di tiyuh Toto Mulyo Kecamatan Gunung Terang.
Ada dua kesimpulan dalam pertemuan tersebut,” ujar ketua Pokdar Kamtibmas Tubaba ini.

Hadir dalam pertemuan tersebut, Bupati Tubaba Umar Ahmad, Kapolres Tubaba yang di wakili Kasat Shabara dan anggota, Anggota DPRD Tubaba Sarmin, Camat Gunung Terang, Kepala tiyuh Toto Mulyo, BPT, juru tulis tiyuh dan aparat tiyuh Toto Mulyo, Kepala Tiyuh Gunung Terang Darsani, tokoh adat Gunung Terang Samsul Rijal gelar Suttan Sempurna Jaya, perwakilan dari empat marga Nisom Patah Ratu Sinang Belawan dari tiyuh Panaragan Marga Tegamok’an dan Mat Ali Suttan Bandar Marga dari Gedung Ratu Marga Buwai Bulan dan perwakilan marga Aji serta sekretaris Federasi Adat, serta tokoh masyarakat.

Dua hasil kesimpulan tersebut kata Herman, yang pertama, patung Demar yang ada di Toto Mulyo tidak akan diturunkan atau di rubah, tetapi akan di tambah degan patung muli menganai makai, serta di payungi oleh payung adat yang menandakan keterbukaan masyarakat adat Lampung menerima suku bangsa apapun yang datang ke daerah Lampung khususnya kabupaten Tubaba dan merupakan ciri khas kebersamaan masyarakat Lampung khususnya Tubaba dalam rangka merekatkan tali persaudaraan untuk melestari kan kebhinekaan NKRI, kedua kata Herman, seluruh tiyuh-tiyuh yang berasal dari transmigrasi yang ada di Tubaba, akan kita nobatkan (di Baten menjadi tiyuh adat) yang akan di laksanakan pada HUT Tubaba April 2021 mendatang.

“Sesuai arahan pak bupati Tubaba, oleh karnanya diharapkan seluruh para penyimbang adat, apak kemaman, lebew kelamou, waghey, agar gham dapok jamou-jamou berdo’a semoga Allah SWT meridhoi niat wawai gham segalou ucapan teremou kasih sekam jamou metey gepok segalou atas saran dan arahan sertou ke mupakatan gham segalou,” tukas Herman yang disampaikannya dalam dialek bahasa Lampung khas Tubaba.

Sementara, hal senada juga disampaikan Bupati Tubaba, Umar Ahmad. Dia menjelaskan alasan dipertahankannya patung Semar itu karena dapat menjadi simbol kehadiran pendatang yang di sambut oleh masyarakat adat dan diterima sebagai masyarakat adat yang ada di kabupaten Tulangbawang Barat, yang saat ini telah dicirikan berdirinya tiyuh tiyuh transmigrasi di kabupaten Tubaba.

“Ini bukan hanya bicara masyarakat Tubaba tapi ini adalah simbol keterbukaanya masyarakat Lampung untuk menerima migrasi penduduk yang sudah terjadi sejak ratusan tahun yang lalu,” pungkas Bupati Umar Ahmad. (HL)