KALIANDA – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menilai pengembangan konsep Agro-Edu-Wisata di Kabupaten Lampung Selatan (Lamsel) bakal menjadi landmark masa depan Lamsel yang dikenal sebagai daerah wisata edukasi tentang proses produksi pertanian, peternakan serta perikanan yang maju dan sejahtera.
Plt. Direktur Kebijakan Riset dan Inovasi Daerah, Dr. Muhamad Amin, ST., M.M.Si mengungkapkan, keputusan Lamsel dengan memaksimalkan potensi daerah adalah langkah bijak dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.
“Lampung Selatan harus dapat maksimalkan keuntungan geografis sebagai daerah perlintasan tersibuk di Indonesia. Lampung Selatan adalah pintu gerbang pulau Sumatera yang menghubungkan dengan pulau Jawa,” ujar Muhammad Amin dalam kunjungan kerja BRIN ke Kabupaten Lampung Selatan di kantor BRIDA setempat, Rabu 26 November pekan lalu.
Keuntungan letak geografis itu, terus Muhammad Amin, harus dapat berbanding lurus dengan pengembangan potensi-potensi daerah yang ada, seperti keberagaman alam yang meliputi pantai, pegunungan, hutan dan budaya, yang dapat menjadi daya tarik wisata yang kuat bagi wisatawan domestik dan mancanegara.
Menurut Muhammad Amin, Lampung Selatan terhitung daerah kaya dengan potensi SDA yang melimpah, hanya saja belum dikelola secara komprehensif dan konsisten sehingga manfaatnya belum terasa.
“Pengembangan potensi sumber daya alam tepat guna, seperti pertanian dan perkebunan. Kondisi iklim dan tanah yang subur di berbagai wilayah mendukung pertanian seperti padi, sayur-mayur, dan buah-buahan, termasuk komoditas unggulan di dataran tinggi seperti sayuran,” imbuhnya.
“Kemudian hasil kelautan, kekayaan laut yang melimpah dengan ikan, udang, rumput laut, dan sumber daya lainnya yang dapat mendukung industri perikanan tangkap dan budidaya. Di sektor energi ternyata ada potensi panas bumi yang belum termanfaatkan untuk pengembangan agro edu wisata,” sambungnya.
Sementara, dalam kegiatan tersebut Sekretaris BRIDA, Iwan Abdul Roni menegaskan komitmen Kabupaten Lampung Selatan untuk mendukung penuh proses kajian yang dilakukan BRIN. Menurutnya, pengembangan agro-eduwisata merupakan sektor strategis yang tidak hanya meningkatkan daya tarik wisata, tetapi juga memperkuat hilirisasi Produk Unggulan Daerah (PUD) dalam memperluas kesempatan ekonomi masyarakat, dan mengangkat potensi lokal secara lebih terstruktur.
“BRIDA Lampung Selatan menyambut baik kehadiran tim BRIN. Kami siap menyediakan data, informasi, serta membuka ruang diskusi lanjutan agar kajian ini menghasilkan rekomendasi kebijakan yang aplikatif dan berdaya guna. Penguatan agro-eduwisata menjadi agenda strategis daerah yang perlu disentuh dengan riset, inovasi, dan kolaborasi multipihak,” tutur Iwan Abdul Roni.
Iwan Abdul Roni menambahkan, bahwa Lampung Selatan memiliki beragam potensi agro-eduwisata yang tengah berkembang. Salah satu contoh menonjol dan sangat relevan dengan arah kebijakan daerah adalah Pertanian Anak Nusantara di Desa Trimomukti, Kecamatan Candipuro. Inisiatif ini menjadi ikon pembelajaran pertanian modern sekaligus wadah edukasi bagi pelajar, pemuda, dan masyarakat.
Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (TPHBUN), Hilmiyati, S.P mengimbuhkan, bahwa Desa Trimomukti tidak hanya diorientasikan sebagai kawasan produksi pertanian modern dengan implementasi smart farming.
“Tetapi juga dikembangkan sebagai lokasi Agro-Edu-Wisata yang menjadi model kawasan pertanian modern terintegrasi yang mampu memberi dampak ganda, yakni, ketahanan pangan, pendidikan, dan pariwisata berbasis komunitas,” kata Hilmiyati.
Sementara itu, perwakilan Dinas Pariwisata Kabupaten Lampung Selatan, Muhamad Lekat Wiraguna memaparkan arah pengembangan agro-eduwisata melalui konsep besar yang dikenal sebagai “Diamond Triangle”.
“Yaitu suatu strategi pengembangan kawasan agro-eduwisata Lampung Selatan dengan menghubungkan tiga destinasi kunci yang saling memperkuat dalam sebuah lintasan perjalanan berbentuk segitiga meliputi Sunset of South (Kalianda dan sekitarnya), Krakatoa Area (Pulau Sebesi–Gunung Rajabasa), dan Siger Land (Bakauheni),” ucapnya.

(*)












