Pertunjukan WJNC Dibalik Perayaan HUT Jogjakarta

JOGJAKARTA – Wayang Jogja Night Carnival (WJNC) merupakan acara tahunan dan sudah berjalan 5 tahun kebelakang. Acara ini merupakan rangkaian dari HUT Kota Jogjakarta.

WJNC sendiri merupakan karnaval jalanan yang menggabungkan antara tokoh dan lakon pewayangan dengan seni koreografi, busana, serta musik kontemporer. Dalam perhelatannya, acara ini selalu sukses dan ditunggu oleh masyarakat maupun wisatawan di Jogjakarta.

“Pelaksanaan di tahun ini merupakan ikhtiar bersama dengan harapan, WJNC kedepan bisa menjadi Event Of Calendar (EOC) Nasional. Selain itu, WJNC ini sebagai bentuk komitmen kami sebagai penyelenggara”, jelas Kepala Dinas Pariwisata Kota Jogjakarta, Drs. Maryustion Tonang, MM., dalam rilisnya yang diterima wartawan Lampungraya.id., Kamis (22/11/20).

Maryustion mengemukakan, pertunjukan WJNC yang kelima kali ini dilaksanakan secara virtual dan live streaming, mengingat masa pandemi Covid-19. Kendati begitu, masyarakat masih tetap bisa menikmatinya.

“WJNC kemarin kita laksanakan secara virtual. Kita manfaatkan channel : Pemkot Jogja, Dalang Seno, Ki Seno Nugroho, Labs Channel, dan Musisi Jogja Project. Melalui live streaming ini,  masyarakat tetap bisa menikmati gelaran WJNC dari rumah tanpa melanggar protokol kesehatan”, terang Maryustion.

Pergelaran WJNC secara virtual  sebut Maryustion, tidak mengurangi nilai dan esensi dari pertunjukan itu sendiri. Dimana, hal itu sesuai dengan semangat HUT Kota Jogja kali ini yakni Tan Mingkuh Tumapak ing Jaman Anyar.

“Streaming melalui YouTube ini diharapkan menjadi salah satu pengaplikasian semangat dalam berkarya dan berkreasi. Pada tanggal 19 Oktober 2020, sudah dilakukan pengambilan gambar di 4 lokasi di Kota Jogjakarta”, papar Maryustion.

Pengambilan gambar dibarengi dengan penampilan band akustik, mini orkestra serta tari-tarian yang ditayangkan secara bersamaan dalam live streaming YouTube pada tanggal 21 Oktober 2020.

Adapun keempat lokasi pengambilan gambar itu yakni Pojok Benteng Gondomanan, Plaza Pasar Ngasem, Tugu Pal Putih, dan Pedesterian Suroto.

Di Pojok Benteng menampilkan Mini Orkestra
membawakan lagu Yogyakarta, Anoman Obong, Kebyar-kebyar. Sementata, di Plaza Ngasem menampilkan Tari Edan-edanan, Mentjoba, Guyub Nusontoro, dan Neng Omah Wae.

Selanjutnya di Tugu Pal Putih menampilkan Tari Solah Buto dan Wadhana Ananggadipa. Di Pedesterian Suroto menampilkan musik Akuistik yang membawakan lagu Jangan Salah Menilai, Seandainya Aku Punya Sayap, dan Layang Kangen.

Pementasan WJNC kali ini mengambil Lakon Babad Alas Mertani. Lakon ini dipilih karena lakon ini dirasa relevan dengan keadaan yang kita alami saat ini. Lakon ini berkisah tentang Pandawa yang dihadapkan dengan tempat, kondisi, dan keadaan baru, yaitu Alas Mertani.

Sementara, Alas Mertani merupakan hutan lebat tempat para binatang buas dan bangsa jin bersemayan. Alas Mertani yang juga terkenal dengan bahaya dan keangkerannya menjadi tantangan yang berat bagi Pandawa.

Perjuangan dan kekompakan Pandawa melawan gangguan musuh yang tidak terlihat dan mereka ketahui, menjadi teladan bagi kita.

“Semangat Tan Mingkuh Pandawa dalam memerangi musuh, tumapaknya pandawa di Alas mertani, serta gandeng gendong mereka dalam menutupi masing-masing kekurangan, kami rasa cukup relevan dan representatif dengan apa yang kita hadapi saat ini. Kami berharap, semoga lakon ini bisa menjadi refleksi aktual bagi kita dalam menghadapi situasi dan kondisi pandemi saat ini”, pinta Maryustion.

Dengan penayangan secara virtual serta pemilihan lakon, kami berharap sebut Maryustion, WJNC tahun ini dapat menjadi tontonan bagi masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Kota Jogja.

“Harapannya, WJNC tahun ini juga bisa menginspirasi insan kreatif untuk tetap berkarya tanpa mengabaikan protokol kesehatan. WJNC kali ini tetap menggandeng para seniman lokal seperti Ki Seno Nugroho, Tri Suaka, Dimas Tejo, Srundeng Angkringan, Sothil Angkringan, Trinil Angkringan, Michela Thea, Putri Manjo, Avie Koesnadi, dan lagi lain sebaginya”, urai Maryustion. (*/Ful)